Pemulung Bakar Sampah Semaunya di Jalan

Sumber:Kompas - 10 November 2008
Kategori:Sampah Jakarta

Jakarta, Kompas - Warga Semper Timur, Sukapura, dan Semper Barat di sekitar Jalan Cakung Cilincing, Jakarta Utara, mengeluhkan kegiatan pembakaran sampah di median jalan itu.

Gundukan sampah yang didominasi sampah plastik di empat lokasi, masing-masing sepanjang 150-200 meter dan lebar 30-50 meter itu, mengepulkan asap pekat setiap hari.

Sampai hari Minggu (9/11) masih ada kegiatan pembakaran sampah. Camat Cilincing Junaedi menjelaskan, penumpukan sampah tersebut dilakukan secara liar dan asap hasil pembakaran sampah mengganggu lingkungan sekitar. Pihak kecamatan sudah beberapa kali memberikan peringatan agar median jalan itu bersih dari sampah.

Kata Junaedi, ada lebih dari 150 pemulung yang mengokupasi lahan hijau yang diapit jalan raya ruas Cakung Cilincing dan ruas Cilincing-Cakung.

Di median jalan dengan lebar 30-60 meter itu, yang sebelumnya lahan hijau, kini sudah ada empat lokasi penimbunan sampah liar dan setiap lokasi memiliki panjang 150-200 meter.

Empat lokasi timbunan terlihat di putaran Pos III dan Pos IV Semper Timur, Budi Dharma, dan Kebon Baru. Sampah itu umumnya terdiri dari ban bekas, potongan kayu, dan paling banyak sampah plastik. Pemulung setiap hari membakar sampah hingga asapnya mengganggu pelintas dan warga sekitar.

”Kami sudah memprotes adanya tempat penampungan sementara sampah di median jalan itu, mulai pihak kelurahan, hingga ke kecamatan, bahkan ke kantor Wali Kota Jakarta Utara. Penumpukan dan pembakaran sampah di tempat yang tidak semestinya sangat mengganggu warga,” kata Sukarman (45), warga Semper Barat.

Masalah tersebut juga dikeluhkan warga Semper Timur dan Sukapura serta buruh dan pemilik perusahaan di tepi Jalan Raya Cakung Cilincing. Sutanto (26), buruh Kawasan Berikat Nusantara Cakung, merasa terganggu pembakaran sampah itu.

Wahid (35), warga Pos III Semper Timur, salah satu pemulung, mengatakan, tidak semua sampah dibakar. Sebagian besar sampah dijual untuk didaur ulang. Tarsim (36), warga Kampung Budi Dharma, RW 01 Semper Timur, mengatakan hal sama.

Setiap hari Tarsim memulung botol dan gelas bekas kemasan air mineral. ”Kami menumpuk sampah sementara saja karena sebagian dijual. Memang masih ada yang tidak layak dijual dan kami membakarnya,” kata Tarsim.

Setiap pemulung bisa membakar dua 2-3 kubik sampah. Masalahnya, mereka menimbun sampah di median jalan yang seharusnya menjadi jalur hijau itu setelah membayar ”uang jago” kepada preman. (CAL)



Post Date : 10 November 2008