Pemurni Air Tenaga Surya

Sumber:Koran Tempo - 22 Maret 2012
Kategori:Air Minum
JAKARTA - Air gambut berwarna cokelat kemerahan yang dituangkan ke dalam panel miring itu berubah menjadi air berwarna bening. Meski tidak direbus, air yang telah jernih yang mengalir dari panel tersebut sudah siap minum.
 
Tidak ada rasa yang tertinggal dalam air itu, tidak asam ataupun pahit. Keasaman air gambut dengan pH 1-2 pun naik menjadi pH 7 atau netral.
 
Air siap minum itu adalah hasil pemurnian menggunakan alat bernama Tirta Surya buatan perusahaan asal Australia, F Cubed. Alat berbentuk mirip panel surya ini memanfaatkan teknologi desalinasi dan purifikasi air dengan tenaga surya (direct solar powered desalination).
 
"Alat ini mampu menghasilkan air minum bersih siap minum tanpa harus direbus," kata CEO F Cubed Indonesia, Greg Hinchliffe, dalam konferensi pers di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Jakarta, 15 Maret lalu. F Cubed bekerja sama dengan BPPT dan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam pemanfaatan Tirta Surya di Indonesia.
 
Kesulitan mengakses air bersih memang menjadi problem pelik yang masih membelit penduduk dunia. Di Indonesia saja, berdasarkan data Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, ada lebih dari 100 juta penduduk yang kesulitan mengakses air bersih. Bahkan 70 persen populasi Indonesia bergantung pada sumber-sumber air yang tercemar.
 
Hinchliffe mengatakan Tirta Surya, atau di negaranya dinamai Carocell, dapat menjadi solusi atas kesulitan penduduk Indonesia mengakses air bersih. Alat tersebut dapat digunakan untuk mengolah air sungai, air gambut, air hujan, hingga air laut menjadi air bersih siap minum.
 
Air di sekitar lokasi pertambangan yang terkontaminasi bahan tambang dan air yang tercemar bahan kimia di sekitar lokasi perkebunan sawit juga bisa diproses menjadi air bersih menggunakan alat tersebut. "Cocok untuk daerah pedesaan yang airnya kotor karena pupuk sawah, kebun sawit yang airnya banyak mengandung urea, dan daerah pesisir yang menggunakan air laut," ujarnya.
 
Alat ini hanya menggunakan energi surya, tanpa memerlukan listrik atau baterai, untuk membersihkan air yang ingin dimurnikan. Berupa panel berbahan logam dan berbentuk persegi panjang seluas 3 meter persegi, Tirta Surya memiliki bagian utama yang berfungsi sebagai destilator, yakni selembar filter berwarna hitam bernama solar element yang terpasang pada bagian dasar panel.
 
Kain hitam itu dilapisi plastik bening berjarak 3 sentimeter. Ruang yang tercipta antara kain dan plastik inilah yang menjadi tempat terjadinya destilasi air.
 
Dalam demonstrasi penggunaan, Hinchliffe memurnikan satu galon air dari lahan gambut yang berwarna cokelat kemerahan dan memiliki kadar keasaman (pH) 1-2. Air itu dialirkan melalui selang ke bagian atas alat sampai membasahi kain hitam. Air gambut merembes turun pada alat yang terpasang miring tersebut.
 
Begitu membasahi kain, air gambut yang terpapar panas matahari akan menguap lewat proses evaporasi. Uap air gambut akan mengembun pada lapisan plastik bening. Butir-butir air bening yang terbentuk dalam proses kondensasi ini akan menumpuk pada lapisan plastik dan mengalir ke bagian bawah alat serta menetes keluar. Air hasil destilasi ini siap langsung diminum.
 
"Tidak perlu lagi filtrasi, dan yang pasti tidak perlu listrik untuk pengoperasian alat," ujar Hinchliffe.
 
Bukan hanya air destilasi, air rembesan kain hitam juga dialirkan keluar melalui keran berbeda. Air ini masih keruh dan tidak bisa langsung dikonsumsi karena hanya tersaring melewati kain.
 
Untuk membuktikan air itu layak minum, Hinchliffe mengangkat gelas plastik berisi air hasil destilasi itu dan meneguknya. Tak hanya bersih dari bahan kimia dan logam berat, air destilasi juga bebas kuman serta bakteri. Sinar matahari yang mengandung ultraviolet tak hanya menguapkan air gambut, tapi juga berfungsi sebagai pembunuh mikroba.
 
Budiman P. Sophian, Direktur PT LOFI International--agen pemasaran Tirta Surya di Indonesia--mengatakan satu unit Tirta Surya dipatok dengan harga Rp 10 juta, termasuk jaminan penggunaan selama 10 tahun. Perakitan dan pemasangan alat yang diperkirakan berumur lebih dari 20 tahun tersebut cukup gampang. Perawatannya juga mudah, hanya menyemprotkan air bersih ke kain hitam setidaknya sekali sebulan.
 
Meski terbilang mahal, Tirta Surya sebenarnya dapat menghemat biaya dalam jangka panjang karena tak membutuhkan listrik. Satu unit alat ini mampu menghasilkan 30 liter air bersih dalam satu hari, sehingga dapat digunakan oleh minimal satu rumah tangga. "Produksi puncaknya pada pukul 08.00-16.00," kata Budiman. "Alat ini masih tetap bekerja di saat mendung, dengan tingkat produktivitas separuhnya," ujarnya.
 
Budiman mengklaim tingkat kemurnian (totally dissolved solids) air hasil destilasi Tirta Surya mencapai angka 50 bagian per juta (ppm). Sekadar perbandingan, air laut memiliki tingkat kemurnian 35 ribu ppm. Meski belum diuji coba di Badan Pengawas Obat dan Makanan, Budiman yakin kualitas air yang dihasilkan sangat baik karena sudah lulus uji oleh Badan Obat-obatan dan Makanan Amerika Serikat (FDA) dan World Water Council.
 
Dua Elemen Rahasia Tirta Surya
 
Tirta Surya berpotensi menjadi alat penghasil air bersih serbaguna bagi penduduk Indonesia yang kesulitan mengakses air bersih. Prinsip kerja alat ini sederhana, hanya mengandalkan dua elemen rahasia sebagai kunci teknologi penghasil air bersih.
 
Direktur PT LOFI International, Budiman P. Sophian, mengatakan teknologi Tirta Surya bertumpu pada dua bahan utama, yakni metal fabric dan plastik film biodegradable. Metal fabric merupakan lapisan kain berwarna hitam yang terpasang pada bagian dasar alat. Lapisan kain ini bukanlah bahan sembarangan. "Kain hitam ini mengandung serat besi," ujarnya.
 
Warna hitam bertujuan supaya kain dapat menyerap panas sinar matahari secara maksimal. Serat besi dalam kain berguna untuk menambah kemampuan panel memanaskan air yang dialirkan di atasnya. Kombinasi warna hitam dan serat besi itulah yang dapat mempercepat penguapan air.
 
Lapisan kain juga berfungsi sebagai penyaring. Tidak semua air kotor yang dialirkan melewati kain akan langsung menguap, sebagian di antaranya mengalir ke bagian bawah panel dan keluar lewat salah satu saluran. "Air itu bisa dikonsumsi asal dimasak terlebih dulu," katanya.
 
Rahasia kedua Tirta Surya adalah lapisan plastik film di atasnya. Plastik bening buatan Bayer asal Jerman tersebut sangat spesial. "Terdiri atas sembilan lapisan, yang berfungsi meneruskan sinar ultraviolet dan memerangkapnya di dalam," ucap Budiman.
 
Kaca sengaja tidak digunakan karena air cepat menguap meski evaporasi dan kondensasi tetap berjalan.
 
Penemu sekaligus pemilik hak paten Tirta Surya, Peter Johnstone, menyatakan teknologi desalinasi dan purifikasi air dengan tenaga surya temuannya telah diterapkan di 26 negara, seperti India, Bangladesh, Malaysia, hingga Uni Emirat Arab. Dia mengembangkan alat yang berbentuk seperti panel surya tersebut selama enam tahun sejak 2004. "Kami sedang menjajaki membangun pabrik di Indonesia dengan investasi US$ 10 juta," ujar pria asli Negeri Kanguru itu.
 
Johnstone mengatakan Tirta Surya dapat menghasilkan air bersih sekaligus garam bila menggunakan air laut. Air laut yang diolah sebanyak empat kali dengan alat tersebut akan menghasilkan air bersih sebagai produk utama dan garam organik sebagai produk sampingan. "Dapat dijadikan garam meja atau garam untuk kolam renang. Penduduk juga bisa menjual garam dan memperoleh tambahan uang," katanya.l MAHARDIKA SATRIA HADI


Post Date : 22 Maret 2012