Penanganan Banjir Dipercepat

Sumber:Kompas - 02 November 2012
Kategori:Banjir di Jakarta
Jakarta, Kompas - Proyek penanganan banjir di DKI Jakarta akan dipercepat. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum menyepakati tujuh proyek pembangunan, antara lain mempercepat normalisasi Kali Ciliwung dan proyek Jakarta Urgent Flood Mitigation Project.
 
Selain dua proyek itu, kedua pihak sepakat membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpadu, pembangunan pipa air baku dari Waduk Jatiluhur, membenahi tata ruang, penataan transportasi, dan pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall).
 
”Tahap awal normalisasi Kali Ciliwung adalah melanjutkan penataan kali, mulai dari Casablanca sampai Manggarai. Badan kali kami lebarkan, minimal 35 meter, dilengkapi jalan inspeksi 7,5 meter di sisi kanan dan kiri,” tutur Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Kamis (1/11), di Jakarta.
 
Mengenai penataan permukiman warga di bantaran kali, menurut Djoko, akan melibatkan Kementerian Perumahan Rakyat pada pertemuan berikutnya. ”Kebetulan kami memiliki program yang sama dan kami melihat gubernur memiliki perhatian serius menata kali,” kata Djoko.
 
Pertemuan Joko Widodo dan Djoko Kirmanto berlangsung di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum. Hampir seluruh direktur jenderal Kementerian PU menghadiri pertemuan itu. Gubernur DKI juga didampingi sejumlah pejabat dinas terkait.
 
Joko Widodo menyampaikan rencana penataan kali sudah ada desain dan tempatnya. Namun, Jokowi belum menyampaikannya. Sebagai Gubernur DKI, ia perlu berbicara dan melakukan pendekatan lebih dulu dengan warga yang terdampak.
 
”Program ini tidak perlu menunggu waktu lama. Lebih baik secepatnya, tidak perlu menunggu-nunggu,” katanya.
 
Proyek berikutnya yang terkait penanganan banjir adalah pelaksanaan Jakarta Urgent Flood Mitigation Project yang didanai Bank Dunia. Proyek ini sempat tersendat terkait kelengkapan dokumen.
 
”Proyek ini tinggal pelaksanaan tender. Target kami, sebelum 1 April 2013 proyek sudah dapat dilaksanakan,” kata Djoko.
 
Warga bersiap
 
Catatan Kompas, di Jakarta Selatan saja sedikitnya ada tiga daerah aliran sungai yang kerap kebanjiran setiap kali musim hujan. Ketiga daerah tersebut adalah bantaran Kali Krukut seperti di Pondok Labu yang masuk Kecamatan Cilandak hingga Kemang; bantaran Kali Pesanggrahan seperti di Bintaro dan Cipulir; serta bantaran Ciliwung seperti di Tebet hingga Manggarai.
 
Warga di Kampung Pulo, Cilandak, sudah waspada menghadapi luapan Kali Krukut karena tanggul yang dibangun akhir tahun lalu belum menutup semua sisi sungai yang berbatasan dengan permukiman.
 
Sementara itu, di bantaran Pesanggrahan di Cipulir kini tengah dibangun gedung yang akan menjadi pusat grosir baru. Pembangunan itu dikeluhkan masyarakat karena dianggap bisa kian memicu banjir.
 
”Akhir tahun lalu banjir sampai masuk pasar karena waktu air melimpas sudah tidak ada tempat lagi. Kok sekarang persis di bantaran malah ditambah bangunan,” kata Inayah, pemilik kios di Pasar Cipulir.
 
Baru 2,38 persen
 
Salah satu proyek penting lainnya yang disepakati Pemprov DKI dan Kementerian PU adalah pengolahan limbah rumah tangga. Sejauh ini Pemprov DKI Jakarta baru mengolah 2,38 persen limbah rumah tangga. Selain tertinggal dengan kota besar di dunia, Jakarta juga tertinggal dengan beberapa kota di Tanah Air.
 
Sepengetahuan Jokowi, pengolahan limbah rumah tangga di Kuala Lumpur, Malaysia, sudah mencapai 90 persen. Pengolahan limbah rumah tangga di Singapura bahkan sudah mencapai 100 persen. Berangkat dari fakta yang mengenaskan itu, Pemprov DKI Jakarta menjalin kerja sama pembangunan sarana pengolahan limbah dengan Kementerian PU.
 
”Jakarta adalah kota yang paling tertinggal dalam pengolahan limbah rumah tangga. Posisinya bahkan di bawah kota-kota di Indonesia seperti Cirebon, Bandung, dan Medan. Kota-kota itu mampu mengolah limbah rumah tangga di atas 3 persen,” tutur Menteri PU Djoko Kirmanto seusai pertemuan.
 
Selama ini pengolahan limbah rumah tangga di Jakarta hanya dilakukan di Setiabudi. Sementara limbah rumah tangga di banyak tempat langsung dibuang ke kali. Hal ini yang menyebabkan kondisi kali di Jakarta kotor.(NDY/NEL)


Post Date : 02 November 2012