Pencemaran dan Kualitas Air Sungai Cikapundung Sangat Buruk

Sumber:Kompas - 24 Maret 2007
Kategori:Sanitasi
Bandung, Kompas - Pencemaran di Sungai Cikapundung sudah sangat mengkhawatirkan. Pelajar dari Sekolah Menengah Atas Negeri 2, Bandung, meneliti dan menemukan bukti bahwa kualitas air di Sungai Cikapundung masuk kategori buruk dan sangat buruk.

Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam acara dialog interakstif antarpelajar SMA di Gedung Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair), Kota Bandung, Jumat (23/3). Acara ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia.

Pelajar meneliti air Sungai Cikapundung dengan menggunakan bentos sebagai indikator. "Bentos merupakan salah satu kelompok biota yang menghuni dasar danau, kolam, sungai, dan berbagai jenis bentuk perairan lainnya. Bentos tersebut hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap, maupun menggali lubang. Hewan ini umumnya terdiri dari kelompok Insecta, Mollusca, Crustaceae, Nematoda, dan Oligochaeta," kata Verry Damayanti, pelajar SMAN 2 Bandung.

Verry dan teman-temannya meneliti air Sungai Cikapundung di Babakan Siliwangi pada 27 Agustus 2006. Mereka menemukan lima jenis bentos dengan jumlah total 15 bentos. Skor yang dihasilkan hanya 3. Artinya, kualitas air buruk.

Pada 21 Maret 2007, Verry dan pelajar SMAN 2 Bandung lainnya meneliti air Sungai Cikapundung di depan Kantor PLN Cikapundung. Mereka hanya menemukan seekor cacing bersegmen dan tiga ekor belatung ekor tikus. Dengan demikian, skor yang dihasilkan hanya 2. Artinya, kualitas air Sungai Cikapundung sangat buruk.

Wajar tercemar

Ketua Bagian Pengembang Masyarakat dari Warga Peduli Lingkungan (WPL) Cecep Kurnia Whisnu mengatakan, wajar jika Sungai Cikapundung tercemar dan kualitas airnya sangat buruk. "Setidaknya ada 67 ton sampah per hari yang dibuang ke Sungai Cikapundung," ujarnya.

Cecep menjelaskan, tercemarnya Sungai Cikapundung akan merugikan banyak orang yang hidup di sekitar Sungai Citarum. "Jadi, yang mencemari Sungai Citarum itu kebanyak orang kota. Di hulu Sungai Citepus yang juga menuju Citarum, warga membuang 80 ton sampah per hari," ujar Cecep.

Kepala Bidang Program Pusair Isnugroho mengatakan, sebagian masyarakat sadar akan pentingnya air, termasuk upaya menjaga kelestarian air.

"Maka, kami berupaya agar pelajar sebagai generasi penerus sadar akan pentingnya air sejak dini. Mereka kami ajak terlibat langsung mengamati lingkungan di sekelilingnya, termasuk air," kata Isnugroho. (MHF)



Post Date : 24 Maret 2007