Penderita Diare Terus Bertambah

Sumber:Pikiran Rakyat - 04 Juli 2006
Kategori:Sanitasi
SUKABUMI, (PR). Senin (3/7) RSUD Sekarwangi Cibadak Kab. Sukabumi kembali menerima empat pasien diare. Dua di antaranya sudah cukup parah. Kendati jumlah penderita diare cenderung meningkat Dinas Kesehatan Kab. Sukabumi maupun Cianjur belum menyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Keempat pasien diare yang baru masuk RSUD Sekarwangi masing-masing Ucup (55) warga Desa Pondokkaso Kecamatan Cidahu, Riska (15) warga Kecamatan Caringin Fitriani (5) warga Desa Babakan Cisarua, Kecamatan Nagrak, dan Atin (15) warga Kampung Salajambe RT 19 RW 07 Desa Cibaraja Kecamatan Cisaat. Fitriani dan Atin masuk ke rumah sakit dalam kondisi memprihatinkan. Keduanya harus mendapatkan suplai cairan hingga empat botol infus.

Menurut Atin, gejala diare timbul sejak pukul 3.00 WIB. Saat itu, Atin terus mengalami muntah-muntah yang disertai buang air besar. Akibat banyaknya cairan yang terbuang, remaja yang masih duduk di bangku kelas dua SMP tersebut sempat pingsan. "Selama dua hari ini saya tidak bernafsu untuk makan, meski dipaksa, malah terus membuang air besar dan muntah-muntah, " ujar Atin.

Kondisi yang sama juga dialami Fitriani. Tubuh mungilnya hanya mampu tergeletak lemas di ruang perawatan anak Cut Mutia, karena dehadrasi. Gejala yang dialami Fitriani ini hampir sama dengan pasien lainnya. Dua hari sebelumnya, 1 dan 2 Juli, pihak rumah sakit juga menerima 16 pasien muntaber.

Berdasarkan medical record RSUD Sekarwangi Cibadak, sejak awal Juni 2006 hingga Senin (3/7) siang, jumlah pasien diare mencapai 384 orang. Tiga di antaranya meninggal karena dehidrasi dan saat ini dua pasien yang baru masuk dalam kondisi kritis.

Kepala dinas Kesehatan Kab. Sukabumi dr. H. Buhono Thahadibrata menjelaskan, penyebab terjadinya wabah diare sangat dimungkinkan oleh santitasi lingkungan, perilaku hidup sehat serta air. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi menyebarnya serta semakin mewabahnya penyakit ini, Dinas Kesehatan sudah membentuk tim untuk melakukan penanggulangan darurat di daerah-daerah yang dicurigai sebagai penyebaran wabah penyakit ini. Dinkes juga melakukan aksi pembersihan lingkungan, penyuluhan kebersihan dan perilaku sehat kepada warga serta menaburkan kaporit untuk membersihkan air di lingkungan masyarakat serta sumur-sumur warga.

Namun sejauh ini, lanjut Buhono, wabah muntaber di Kab. Sukabumi masih dinyatakan sebagai kejadian biasa dan belum menyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB). "Selain surveilans, kami juga menurunkan tim ke lapangan untuk melaksanakan pemantauan dan pelaporan sekaligus pencegahan dan aksi di lapangan. Kami sudah menyiapkan obat-obatan dan cairan infus yang memadai," jelas Buhono.

Belum KLB

Senada dengan itu, Dinas Kesehatan Kab. Cianjur pun belum menetapkan kasus penyakit diare sebagai KLB. Dinas menganggap serangan penyakit itu masih tersebar di beberapa daerah dengan jumlah penderita setiap daerahnya masih relatif kecil. Kondisi tersebut belum memenuhi kategori untuk menetapkannya sebagai KLB Kab. Cianjur.

"Itu baru peningkatan kasus, belum masuk KLB. Memang kalau dilihat dari total warga yang terkena diare se-Kab. Cianjur, jumlahnya ada peningkatan. Tapi belum termasuk kategori KLB," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kab. Cianjur Ratu Triyulia, kemarin. Dia mengakui bahwa akhir-akhir ini, tepatnya mulai Juni kemarin, jumlah penderita diare mengalami peningkatan. Namun warga yang terkena serangannya masih tersebar dari beberapa daerah, itu pun penderita setiap daerahnya masih relatif kecil. Sehingga pihaknya belum menetapkan kasus penyakit tersebut sebagai KLB Kab. Cianjur.

Menurut dia, dalam upaya mengendalikan penyebaran serangan penyakit diare tersebut, pihaknya telah melakukan berbagai upaya. Misalnya, memberikan penyuluhan kepada warga di berbagai daerah dengan melibatkan tim dari puskesmas maupun Dinas Kesehatan. Selain itu, pihaknya juga telah mempersiapkan berbagai kebutuhan, seperti obat-obatan dan lainnya. (A-82/A-116)

Post Date : 04 Juli 2006