Penderita Terus Bertambah

Sumber:Kompas - 15 Februari 2007
Kategori:Sanitasi
Jakarta, Kompas - Hingga Rabu (14/2), penderita diare di Jakarta sudah mencapai 780 orang atau bertambah 163 orang dari hari sebelumnya. Pasien paling banyak berada di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, jumlah korban meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja juga bertambah satu anak balita. Selama Februari ini total jumlah korban meninggal akibat diare di Jakarta sudah mencapai tujuh orang, enam di antaranya adalah anak balita.

Di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, hingga Rabu penambahan pasien diare masih cukup tinggi. Total pasien diare yang dirawat di rumah sakit ini kemarin mencapai 165 orang, sebagian besar di antaranya usia balita. Di RSUD Koja, sebagian pasien bahkan harus dirawat di bawah tenda.

Pemantauan di RSUD Tarakan menunjukkan, pasien masih dirawat di lorong rumah sakit, terutama di lantai 3, 5, 6, 7, dan lantai 8. Lantai 3 yang merupakan ruangan tambahan langsung penuh hingga ke selasar.

"Kondisi anak kedua saya, Adelia (5), makin membaik sejak dirawat di sini. Adelia masuk Selasa lalu. Waktu itu tubuhnya sudah amat lemah, pucat semuanya. Setelah diinfus terus-menerus dua hari ini dan minum obat dari rumah sakit, ia tampak makin baik," kata Sujatmoko (29).

Sujatmoko bersama istrinya duduk lesehan di atas tikar yang sengaja dibawanya dari rumah di kawasan Harapan Jaya, Jakarta Barat.

Para orangtua dan kerabat menggunakan tikar untuk menunggui anak atau saudaranya yang tidak tertampung lagi di dalam ruangan. Sebagian pasien terpaksa menggunakan tempat tidur tambahan dan ditempatkan di selasar rumah sakit. Satu tiang infus pun terpaksa dipakai untuk menggantungkan botol asupan cairan bagi dua pasien.

Kepala Bidang Keperawatan RSUD Tarakan Zuraidah mengatakan, banyak pasien yang berdatangan ke RSUD setelah pengobatan di rumah, puskesmas, atau dokter umum tidak berhasil. Akibatnya, banyak pasien yang terlihat amat lemah karena sudah terlalu lama kekurangan cairan dan asupan makanan.

Untuk mengatasi membeludaknya pasien, sudah didatangkan 30 tempat tidur perawatan, 10 perawat, dan 4 dokter dari Dinas Kesehatan DKI. RSUD Tarakan juga membeli 72 tiang infus baru dan memesan 30 tiang lagi.

Penderita diare dan demam berdarah di dua rumah sakit di Jakarta Timur, yakni RSUD Budi Asih dan RSUD Pasar Rebo, juga terus bertambah. Hingga Rabu kemarin pasien penderita diare yang dirawat di dua rumah sakit tersebut berjumlah 86 orang.

Juru bicara RSUD Budi Asih Hamonanan Sirait mengatakan, jumlah pasien diare yang dirawat inap hingga kemarin 76 orang, terdiri atas 71 anak-anak dan 5 dewasa. Rumah sakit itu pun penuh sehingga menggunakan tempat tidur tambahan.

Di RSUD Pasar Rebo, total pasien diare yang dirawat inap sebanyak 10 orang. "Kebanyakan pasien diare adalah anak-anak di bawah usia lima tahun," ujar staf informasi RSUD Pasar Rebo Era Setiara.

Kurang air bersih

Sehubungan dengan banyaknya penderita demam berdarah di wilayahnya, Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas mengatakan, hal itu diduga disebabkan kekurangan air bersih. Terhentinya pasokan dari PT Thames PAM Jaya dan tidak dapat digunakannya air bawah tanah menyebabkan banyak warga kesulitan mencari air bersih.

Menurut Effendi Anas, Rabu, kesulitan mencari air bersih memaksa warga yang tinggal di rumah dan pengungsian menggunakan air seadanya. Akibatnya, jumlah penderita diare terus bertambah dengan cepat.

Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Salimar Salim mengatakan, penyediaan air bersih dalam jumlah yang memadai merupakan kunci untuk mengurangi laju pertambahan jumlah pasien diare.

Salimar, Rabu kemarin, juga membantah telah menyatakan kejadian luar biasa diare (KLB) untuk kawasan Jakarta Utara. "Yang berwenang menyatakan KLB adalah Gubernur. Namun, khusus untuk RSUD Koja dapat disebut KLB karena jumlah pasien terus berlipat ganda. Hanya saja RSUD Koja tidak dapat digunakan sebagai parameter KLB diare untuk Jakarta Utara karena pasien rumah sakit ini juga berdatangan dari wilayah lainnya," kata Salimar Salim.

Salimar menegaskan, KLB atau bukan, penanganan diare terus ditingkatkan dengan berbagai upaya, antara lain penyediaan tempat tidur tambahan untuk pasien serta menambah perawat dan dokter.

Rabu sore, Ny Mufidah Jusuf Kalla mengunjungi RSUD Koja. Mufidah di antaranya menengok pasien anak-anak, yang sebagian besar penderita diare di ruang IGD. Kepada orangtua pasien, Mufidah menyampaikan rasa prihatinnya. Di RS itu dia memberi sumbangan 600 paket selimut dan pakaian anak-anak. (eca/nel/*/cal)



Post Date : 15 Februari 2007