Pengerukan 13 Sungai Tak Jelas

Sumber:Suara Pembaruan - 09 September 2008
Kategori:Drainase

[JAKARTA] Program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeruk 13 sungai di wilayah Ibukota semakin tidak jelas. Para petinggi di Pemprov DKI sendiri berbeda pendapat soal kapan pengerukan sungai-sungai itu dilakukan.

Pemprov hanya mampu melakukan pengerukan skala kecil berupa pekerjaan rutin dengan anggaran minim. Sedangkan pengerukan skala besar untuk mengatasi banjir dengan dana mencapai Rp 1,2 triliun belum dapat dipastikan dilaksanakan tahun ini.

Hal itu disampaikan Asisten Pembangunan Pemprov DKI Jakarta Sarwo Handayani di Jakarta, Senin (8/9). Ia mengemukakan, pihaknya siap mengeruk 13 sungai yang melintas di wilayah Jakarta. "Dananya sudah dianggarkan dalam APBD 2008 dan tiap wali kota mendapat sekitar Rp 50 miliar. Kami akan segera melakukan pengerukan dan perbaikan sebagai program rutin Pemprov," kata Yani.

Dikatakan, pengerukan tidak hanya terbatas pada sungai, tetapi juga meliputi sejumlah waduk, got, dan saluran air. Ia berharap kegiatan itu bisa mengurangi bahaya banjir yang bakal terjadi.

Berbeda dengan Yani, Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov DKI Jakarta Purba Hutapea secara terpisah, Senin, mengatakan, pengerukan 13 sungai kemungkinan tidak bisa dilakukan tahun ini. Pasalnya, dana pengerukan dari pinjaman Bank Dunia belum cair. "Ada sekitar Rp 1,2 triliun dana yang dipinjamkan dari Bank Dunia, tetapi sampai kini belum cair. Tampaknya tahun ini belum bisa dilakukan pengerukan. Kemungkinan itu baru bisa dilakukan 2009 mendatang," ujarnya.

Dijelaskan, apa yang disampaikan Yani adalah perbaikan dan pengerukan pada skala mikro, seperti perbaikan got, saluran-saluran air, dan pembersihan sampah dari kali. Menurutnya, kegiatan seperti itu adalah hal rutin yang dilakukan Pemprov DKI.

Sementara itu, hasil pantauan SP di sepanjang Sungai Ciliwung, tepatnya di Jl Sultan Agung, Manggarai, Jakarta Selatan, pengerukan sudah sampai di depan terminal bus Manggarai. Pengerukan oleh kontraktor itu sudah berlangsung sejak dua bulan lalu, mulai di depan waduk Manggarai. Ketebalan lumpur yang bercampur dengan sampah-sampah plastik mengakibatkan pekerjaan berlangsung cukup lama.

Apalagi, alat berat berupa ekskavator yang digunakan hanya satu unit dan ditempatkan di atas pelampung, karena debit air kali yang sudah tinggi. Hal itu cukup menghambat alat bekerja maksimal. "Alatnya tidak bisa bekerja maksimal, karena ditempatkan di atas pelampung, apalagi lumpurnya sangat tebal ditambah sampah plastik yang dibuang warga," kata salah seorang pembantu operator yang enggan disebut namanya.

Lumpur-lumpur yang dikeruk selanjutnya ditimbun di pinggir-pinggir kali yang selanjutnya diangkut ke tempat lain. Di sepanjang jalan Sultan Agung, tampak ada dua gundukan lumpur hasil pengerukan dengan ketinggian sekitar 15-20 meter.

Pengerukan juga sedang dilakukan di Sungai Krukut, Jakarta Selatan. Sementara pengerukan got-got belum terealisasi. "Di Jakarta ini banyak sekali selokan dan got, tetapi semuanya mampat, penuh lumpur dan sampah. Bau buruk menyeruak dan itu dibiarkan oleh Pemprov dan warga masyarakat sendiri. Kesadaran masyarakat akan kebersihan got dan selokan juga sangat kurang," kata Herry, warga Matraman, Jakarta Timur, Selasa. [RBW/Y-4]



Post Date : 09 September 2008