Penjernih Air Alami dari Kelor

Sumber:Media Indonesia - 31 Januari 2012
Kategori:Lingkungan
MEREKA yang hidup di perkotaan, termasuk Jakarta, tentu tahu bahwa air bersih kian sulit didapat. Pencemaran yang semakin tinggi membuat air tanah dan sungai harus diberi berbagai perlakuan untuk layak digunakan.
 
Bukan hanya mahal, perlakuan dengan metode fisika maupun kimia tersebut bisa menimbulkan efek samping bagi lingkungan.
 
Contohnya, teknologi penjernihan air dengan bahan kimia koagulan (pengendap) yang membuat bahan-bahan pencemar mengendap di dasar. Ada pula teknologi desalinasi yang menghilangkan kadar garam pada air hingga layak dikonsumsi.
 
Namun, buangan dari prosesproses ini, misalnya larutan dengan kadar garam tinggi, membutuhkan penanganan khusus agar bisa dibuang ke lingkungan. Hal dilematis itu mestinya bisa dihindari dengan menggunakan bahan alami.
 
Salah satu bahan alami penjernih air ini nyatanya melimpah di lingkungan kita. Bahan tersebut ialah biji kelor (Moringa oleifera). Tanaman berdaun kecil ini sebenarnya berasal dari India, tepatnya di perbukitan dekat Himalaya. Namun Moringa kini sudah menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia.
 
Keampuhan biji kelor dalam menjernihkan air telah diuji oleh peneliti Amerika Serikat (AS), Stephanie B Velegol. Dalam hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal Langmuir, salah satu publikasi dari himpunan American Chemical Society (ACS), minggu lalu, disebutkan bahwa peneliti cukup menggunakan tiga biji kelor dan pasir.
 
Sebagaimana dikutip laman http://www.sciencedaily.com, Velegol menjelaskan bahwa penelitian tersebut berawal dari keterbatasan teknologi di daerah perdesaan di negara-negara berkembang. Velegol dan timnya kemudian melirik pada biji kelor yang di negaranegara ekuator sudah terkenal sebagai bahan obat, energi alternatif, dan bahkan bahan pangan.
 
Riset kelor oleh peneliti Barat sebenarnya bukan hal baru. Sebelumnya, peneliti Inggris juga sudah mendalami potensi biji kelor, tapi dengan menggunakan pendekatan yang lebih rumit dan mahal.
 
Adapun Velegol dan timnya memilih membuat ekstrak biji. Mereka kemudian menggabungkan ekstrak yang bermuatan ion positif itu dengan pasir yang mengandung ion negatif.
 
Hasilnya, gabungan dua zat itu berhasil membunuh bakteri berbahaya, termasuk E-coli dan menyingkirkan sedimen dari sampel air.
 
“Hasil itu menunjukkan potensi bahwa f-sand (penamaan campuran oleh peneliti) dapat menjadi teknologi penjernih air yang ramah lingkungan,“ kata peneliti.
 
Pohon ajaib 
 
Julukan `pohon ajaib' yang disematkan dunia Barat pada kelor nyatanya bukan hanya karena khasiat bijinya. Bagian lain yang sudah banyak diteliti ialah daunnya.
 
Menurut laman http://www.miraclestree.org, daun kelor memiliki kandungan gizi yang 25 kali lebih tinggi daripada bayam. Daun kelor juga memiliki potasium sekitar 15 kali lebih tinggi daripada pisang dan mengandung kalsium 17 kali lebih tinggi ketimbang susu.
 
Khasiat daun kelor tersebut sudah dapat dipetik dari daun yang masih muda. Laman tersebut menjelaskan bahwa panen daun kelor dapat dilakukan hingga sembilan kali dalam setahun.
 
Hal tersebut dapat dilakukan karena Moringa termasuk dalam tanaman yang cepat tumbuh. Dalam setahun pohon ini dapat tumbuh hingga 3 meter. Perakarannya yang kuat dan panjang membuat tanaman ini tahan terhadap kondisi kering.
 
Penggunaan Moringa sebagai penambah asupan gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Namun yang umumnya disarankan para peneliti ialah dengan pembuatan bubuk dari daun tersebut.
 
Untuk itu, setelah dipetik, daun dikeringkan dengan cara dianginanginkan tanpa terkena sinar matahari langsung. Proses pengeringan ini harus dilakukan secepatnya agar daun tidak ditumbuhi jamur.
 
Daun yang kering kemudian ditumbuk hingga menjadi bubuk. Hasil akhir tersebut dapat dikon sumsi dengan cara dicampurkan pada makanan atau minuman. Bubuk daun kelor ini sangat disarankan bagi anak malnutrisi, ibu hamil, bahkan penderita AIDS.
 
Pemanfaatan lain khasiat pohon kelor ialah digunakan sebagai minyak oles. Selain untuk obat, minyak kelor yang mengandung vitamin A dan C digunakan untuk perawatan wajah.
 
Di beberapa daerah di Asia, khususnya di India dan Filipina, juga di Afrika, tanaman kelor sudah dikembangkan sebagai tanaman perkebunan. Di Nigeria, perkebunan kelor bahkan menjadi salah satu sektor yang diandalkan untuk mengurangi pengangguran.
 
Perkebunan kelor umumnya menyatu dengan usaha peternakan karena daun kelor yang rusak masih dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Potensi kelor yang demikian besar ini mestinya juga bisa digali di Indonesia. BINTANG KRISANTI


Post Date : 31 Januari 2012