Penyakit Diare Mewabah di Kabupaten Cirebon, Selain Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD)

Sumber:Pikiran Rakyat - 15 Februari 2005
Kategori:Sanitasi
SUMBER, (PR).- Selain wabah Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit diare juga tengah mewabah di Kabupaten Cirebon. Selama Januari-Februari 2005 ini, wabah penyakit menular berbahaya itu bahkan telah menelan korban jiwa.

Seorang penderita penyakit yang menyerang perut itu, menurut informasi yang diperoleh "PR", Senin (14/2), telah meninggal dunia. Korban yang merupakan warga Kec. Cirebon Selatan meninggal dunia belum lama ini saat di rawat di RS Arjawinangun. Sementara korban yang menderita dan dalam perawatan di RS Arjawinangun maupun RS Waled, jumlahnya mencapai belasan.

Dinas Kesehatan Pemkab Cirebon mencatat, selama Januari-Februari, diare telah menyerang ribuan warga setempat. Pasien diare yang kebanyakan anak-anak usia di bawah 15 tahun, sempat berbaur bersama pasien DBD di dua RS tadi. Tidak sedikit pula pasien asal Kab Cirebon yang berobat di sejumlah RS di Kota Cirebon.

"Yang berobat di RS Kota Cirebon seperti Gunung Djati, Ciremai, selama ini tidak terpantau. Hanya menurut informasi, hampir 80 persen penderita diare yang dirawat di RS Kota Cirebon adalah warga dari Kab Cirebon," tutur sumber yang enggan disebutkan jati dirinya di Dinkes Kab Cirebon.

Dari catatan dinkes setempat, rata-rata warga yang terserang diare mencapai 116 orang/hari. Laporan sampai akhir Januari 2005 lalu, diare telah menyerang sedikitnya 6.155 orang. Dari data yang ada, tingkat serangan itu justru lebih banyak terdapat di lingkungan perkotaan seperti ibu kota kecamatan atau permukiman padat. Wilayah pinggiran seperti desa-desa terpencil, justru lebih sedikit.

"Jumlah itu terus bertambah karena data bulan Februari belum masuk. Sampai pertengahan Februari ini, perkiraan sudah ada sekira 4.000 penderita. Hanya korban jiwa sejauh ini tidak bertambah," tutur sumber tadi.

Mewabahnya diare juga sempat membuat Dinkes Kab Cirebon kalang kabut. Seluruh puskesmas, selain disiagakan untuk menangani penyakit DBD, juga diare yang tiap hari selalu muncul kasusnya.

Kendati tidak lebih berbahaya dari penyakit DBD, banyaknya pasien diare menjadikan tenaga medis di puskesmas maupun RS kewalahan. Namun, sejauh ini, wabah itu masih bisa ditangani.

Persediaan obat seperti oralit dan infus tidak mengalami kekurangan. Bahkan puskesmas maupun RS memiliki persediaan lebih.

"Untuk pengobatan diare tidak seruwet DBD. Oralit dan infus kita masih banyak dan mencukupi. Buktinya, kendati penyakit itu mewabah, belum ada keluhan dari puskesmas soal kekurangan oralit," tutur Kadinkes Kab Cirebon, Drs. Hj. Sri Retina Sedjati, Apt, M.M saat dikonfirmasi.

Menurun

Selanjutnya, Sri membenarkan mewabahnya diare di Cirebon datang bersamaan dengan endemik berbahaya lain, yakni DBD. Bahkan dari sisi jumlah penderita, diare jauh lebih banyak, namun tingkat bahaya penyakit itu tidak sebesar DBD.

"Kita relatif lebih mudah dalam penanganan kesehatan. Pasien yang penting jangan kekurangan cairan. Yang kritis baru kita beri infus," tutur dia.

Lebih jauh, Kadinkes Sri menuturkan, tingkat wabah diare tahun 2005 ini sebenarnya lebih rendah dibanding tahun 2004 lalu. Bahkan pada periode yang sama, pada tahun 2004 jumlah kasus mencapai 8.010 orang penderita, sedangkan tahun 2005 ini hanya 6.155.

"Sebenarnya sama dengan kasus DBD, diare juga menurun dibanding tahun 2004. Ini menunjukkan adanya peningkatan kesehatan. Kendati menurun, bukan berarti kita leha-leha. Namanya penyakit, kita tetap serius tak peduli meningkat atau menurun," tutur dia.

Dikemukakan juga, wabah diare di daerahnya sebenarnya masih di bawah ambang batas normal. Sesuai rumus teori kesehatan, hitungan penyakit diare di Kab Cirebon dengan jumlah penduduk mencapai 2 juta jiwa lebih, pertahun seharusnya mencapai 144.510 kasus.

"Kenyataan pertahun tidak lebih dari 120 ribu. Meski begitu, kita tetap menganggap sekecil apapun penyakit yang datang, apalagi mewabah, tetap harus ditangani. Kita juga mendirikan posko kewaspadaan penyakit menular seperti DBD termasuk juga diare," tutur Sri.(A-93)

Post Date : 15 Februari 2005