Penyakit ISPA dan Diare Mulai Mewabah di Nias

Sumber:Kompas - 27 Mei 2005
Kategori:Sanitasi
Gunung Sitoli, Kompas - Pengungsi di Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Sumatera Utara, kini banyak yang terserang berbagai penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut dan diare. Kondisi tersebut terjadi karena daya tahan tubuh pengungsi kian turun akibat selama hampir dua bulan mereka tinggal di tenda-tenda darurat dengan fasilitas sanitasi yang sangat minim. Beberapa pengungsi bahkan ditemukan meninggal di tenda pengungsian.

Sejumlah pengungsi yang ditemui di tenda-tenda pengungsian di Kelurahan Ilir, Gunung Sitoli, mengatakan, separuh dari 200 pengungsi di lokasi itu kini terserang ISPA dan diare. "Mulai dari anak-anak sampai orang tua terkena penyakit batuk-batuk dan diare," kata Warniwati Tanjung, pengungsi yang ditemui di tenda pengungsian, Rabu (25/5) malam.

Kedua penyakit tersebut mulai menjangkiti pengungsi sejak satu bulan terakhir dan kini yang terjangkit semakin banyak. "Di sini satu tenda bisa dihuni empat keluarga atau sekitar 20 orang. Kami berdesak-desakan sehingga penyakit mudah menyebar," katanya.

Rosa Mendrfa, pengungsi yang tinggal di tenda darurat di samping Kantor Bupati Nias, Desa Mudik, Gunung Sitoli, mengatakan, sedikitnya sudah dua pengungsi yang masih anak-anak di wilayahnya tewas akibat menderita diare parah. "Awalnya anak-anak itu mencret-mencret, tetapi tidak sembuh-sembuh dan diikuti demam. Beberapa hari kemudian anak itu meninggal," katanya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Nias, FG M Zebua mengatakan, banyaknya pengungsi yang tinggal di tenda darurat selama hampir dua bulan menyebabkan mereka kini rentan terhadap berbagai penyakit.

Data Posko Satkorlak Provinsi Sumatera Utara di Nias menyebutkan, jumlah pengungsi di Nias hingga 25 Mei mencapai 12.542 jiwa dan di Nias Selatan mencapai 13.139 jiwa. Adapun jumlah rumah yang hancur di Nias sebanyak 7.657 dan rusak berat 17.082. Di Nias Selatan jumlah rumah hancur 5.019 dan rusak berat 32.676.

Walaupun bencana gempa Nias sudah hampir dua bulan lewat, namun hingga kini di sepanjang jalan dari Pelabuhan Udara Binaka hingga ke pusat Kota Gunung Sitoli terlihat tenda-tenda darurat masih ditempati warga. Sementara rumah warga yang sebagian runtuh dibiarkan berserak. Rumah yang masih berdiri juga dibiarkan kosong karena hampir semuanya telah retak-retak.

Warga rata-rata mengaku tak memiliki uang untuk membangun rumah darurat dari kayu. Apalagi mereka tidak punya pekerjaan. (AIK)

Post Date : 27 Mei 2005