Rawa Tripa Dilanda Banjir

Sumber:Kompas - 31 Oktober 2012
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Banda Aceh, Kompas - Banjir melanda belasan desa pada dua kecamatan di Kabupaten Nagan Raya, Aceh, dalam dua hari terakhir ini. Ribuan rumah terendam dan sekitar 30 keluarga pun terpaksa diungsikan.
 
Banjir akibat hujan deras membuat sejumlah sungai yang mengalir di wilayah sekitar Rawa Gambut Tripa meluap. Alih fungsi lahan hutan gambut Rawa Tripa menjadi ladang sawit diyakini sebagai faktor mudahnya banjir.
 
Syamsuri (43), warga Desa Ladang Baru, Kecamatan Darul Makmur, Selasa (30/10), menjelaskan, banjir terjadi sejak Senin (29/10) pagi. Ada delapan desa di kecamatan tersebut yang terendam banjir, yakni Kuala Semayam, Sumber Bakti, Sumber Makmur, Alue Klueng, Pulo Kruet, Merkati Jaya, Makmur Raya, dan Ladang Baru.
 
”Sebelum banjir, hujan turun beberapa hari di sini. Hari Minggu (28/10), air masuk ke perkampungan dan menjadi semakin tinggi pada Senin. Ketinggian air sampai 1 meter di desa-desa itu,” kata Syamsuri.
 
Pada Selasa, banjir mulai surut. Ketinggian air rata-rata sekitar 50 sentimeter. Bahkan, di Kuala Semayam dan Pulo Kruet, ketinggian air sekitar 60 sentimeter.
 
Ada ribuan rumah tersebar di delapan desa terendam. Sebanyak 30 keluarga di Desa Kuala Semayam diungsikan ke rumah warga lain yang aman. Ada pula yang mengungsi ke desa lain.
 
Banjir juga merendam puluhan hektar sawah. Akibatnya, tanaman padi petani yang rata-rata baru ditanam tiga minggu lalu pun rusak. Demikian juga dengan tanaman cabe serta kakao. Banjir juga mengganggu belajar-mengajar pada sekolah-sekolah dasar.
 
Di Kecamatan Tripa Makmur, banjir menggenangi enam desa, meliputi Gampong Ujong Krueng, Neubok Yee PP, Neubok Yee PK, Drien Tujoh, Babah Lueng, dan Kuala Tripa.
 
Camat Tripa Makmur, Abdul Kadir, mengatakan, sekitar 200 lebih keluarga di wilayah itu terganggu. Banjir tersebut menggenangi rumah dan merusak tanaman pertanian mereka.
 
”Jumlah persisnya akibat banjir sejak Minggu masih kami hitung. Banyak kerugian yang diderita warga. Ada yang rumahnya rusak, hanyut, harta bendanya rusak, ternak hilang, dan ada pula unggas yang mati,” kata Kadir.
 
Alih fungsi
 
Banjir di dua kecamatan itu sudah rutin. Setiap musim hujan, banjir hampir selalu melanda desa-desa itu. Sungai-sungai yang mengalir di kawasan tersebut, di antaranya Sungai Lamie, Sungai Semayam, dan Sungai Tripa, sudah tidak mampu lagi menampung air hujan.
 
”Sejak hutan Rawa Tripa ini dibabat dan diganti dengan kebun sawit, banjir mudah sekali terjadi. Dulu, waktu masih ada hutan, tidak pernah banjir seperti ini. Kalaupun banjir tidak pernah besar karena air hujan terserap di hutan,” ungkap Surahman, warga Darul Makmur.
 
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh TM Zulfikar mendesak Gubernur Aceh segera membuat langkah untuk menyelamatkan dan melindungi hutan gambut Rawa Tripa. Dari catatan Walhi Aceh, pada tahun 1990, Rawa Tripa masih ditutupi hutan rawa primer seluas lebih kurang 61.803 hektar.
 
Pada Desember 2011, hutan yang tersisa tinggal 12.655 hektar. Hutan-hutan tersebut kini berubah menjadi perkebunan sawit milik perusahaan swasta.
 
”Namun, kondisi luasan Rawa Tripa hingga 9 Oktober 2012 hanya tersisa lebih kurang 10.023 hektar. Ini berarti, selama sembilan bulan saja sudah terjadi kehilangan hutan rawa gambut di Rawa Tripa sebesar 2.632 hektar atau 20,8 persen. Ini sudah parah,” tegas dia. (HAN)


Post Date : 31 Oktober 2012