Sampah Jakarta Kurang Terurus

Sumber:Kompas - 04 Mei 2009
Kategori:Sampah Jakarta

Jakarta, kompas - Jakarta masih dipenuhi ceceran sampah yang dibiarkan menumpuk di sungai, saluran air, dan pasar. Tumpukan sampah ini menjadi sumber pencemaran tanah, air, dan udara. Sampah-sampah ini juga menyebabkan masalah banjir di Jakarta tidak pernah tuntas teratasi.

Akhir pekan kemarin, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna mengakui, setiap hari terdapat sekitar 2.000 meter kubik sampah tidak terangkut. Menurut Eko, produksi yang terus-menerus dan keterbatasan jumlah armada pengangkut membuat sampah-sampah itu tidak terangkut dengan baik.

Data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta menunjukkan, produksi sampah di Jakarta mencapai 29.364 meter kubik atau setara dengan 6.525 ton setiap hari. Sedangkan truk sampah yang dimiliki DKI hanya 841 unit, sementara 100 unit truk lainnya disewa dari pihak swasta.

Kapasitas angkut setiap truk, kata Eko, 15 meter kubik sampah dan rata-rata hanya mampu dioperasikan 1,5 perjalanan setiap hari. Total, armada truk DKI hanya bisa mengangkut 21.172 meter kubik sampah per hari.

Akibat banyaknya jumlah sampah yang tidak terangkut, volume tumpukan sampah di bantaran sungai setiap hari bertambah. Di seluruh Jakarta, terdapat 13 aliran sungai utama dan tak terhitung jumlah anak sungai maupun saluran pembuangan. Secara kasatmata, di setiap aliran air selalu saja terlihat sampah, baik yang mengapung hanyut dalam arus maupun menumpuk di sepanjang tepiannya.

Di sepanjang bantaran Kali Pesanggrahan dan Ciliwung, mulai dari kawasan yang berbatasan dengan Tangerang maupun Bogor hingga bermuara di Teluk Jakarta, terlihat puluhan tempat penampungan sampah. Sampah-sampah itu nyaris tidak tersentuh oleh truk pengangkut Dinas Kebersihan DKI.

”Kalau sudah terlalu menggunung dan baunya menyengat, paling dibakar sama pemulung yang tinggal di sini atau warga sekitar,” kata Wahyu (36), warga di bantaran Kali Pesanggrahan, Cipulir, Jakarta Selatan.

Jadwal tidak jelas

Di Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur, sampah di permukiman warga diangkut setiap tiga sampai empat hari sekali.

Dhita (39), warga Palmeriam, mengatakan, jadwal pengangkutan sampah dua kali seminggu itu pun kadang belum tentu terlaksana. Beberapa kali ia mendapati sampah sudah menumpuk di depan rumahnya, tetapi tukang sampah belum juga datang memungutnya.

Jadwal pengambilan sampah yang terbatas itu ternyata mendorong warga sekitar membuang sampah sembarangan, terutama di saluran air yang ada di kawasan tersebut. Kebiasaan warga ini terus berkembang karena tidak ada pengawasan dan sanksi dari pemerintah lokal setempat.

Di banyak kelurahan lain di Jakarta, kondisi serupa juga tercipta, misalnya di Johar Baru dan Sumur Batu, Jakarta Pusat, hingga di kawasan Grogol, Jakarta Barat, dan Bidara Cina di Jakarta Selatan.

Terkait masalah sampah dan pengelolaannya, Azas Tigor Nainggolan dari Forum Warga Kota Jakarta pernah mengatakan, salah satu kelemahan pemerintahan Gubernur DKI Fauzi Bowo adalah ujung tombak yang lemah. Ujung tombak yang dimaksud adalah para lurah dan jajarannya yang tidak mampu menerjemahkan kebijakan Gubernur dan mengatur warga.(ARN/ECA/NEL)



Post Date : 04 Mei 2009