Sampah Sumbat Kanal

Sumber:Kompas - 25 Januari 2013
Kategori:Sampah Jakarta

Jakarta, Kompas - Sampah yang menumpuk di berbagai tempat, setelah banjir melanda beberapa kawasan di Jakarta sejak pekan lalu, menimbulkan masalah serius, Kamis (24/1). Sampah menyumbat 10 kali dan kanal di Jakarta. Hingga kemarin, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta mencatat tumpukan sampah itu mencapai 1.420 meter kubik per hari.

Akibatnya, aliran air di kanal dan kali yang tersumbat sampah terhambat sehingga bisa memperburuk dampak banjir saat volume air meningkat.

Setelah banjir pekan lalu, volume sampah di Pintu Air Manggarai mencapai 350 meter kubik per hari, Kali Sentiong 70 meter kubik per hari, Kali Sunter 300 meter kubik per hari, Kali Tubagus Angke 80 meter kubik per hari, Kali Baru Timur 90 meter kubik per hari, Kali Mookervart 120 meter kubik per hari, Cengkareng Drain dan Pesing 150 meter kubik per hari, Kali Sodetan Sekretaris 70 meter kubik per hari, Kanal Barat di Season City 120 meter kubik per hari, dan Kali Baru Barat 70 meter kubik per hari.

”Sampah di sebagian titik sudah kami angkat, contohnya di Kali Krukut. Untuk pengangkatan dalam jumlah besar, kami perlu mengoperasikan alat berat. Tanpa alat itu, penanganan sampah di kanal maupun kali akan memakan waktu berhari-hari,” tutur Maryana, Kepala Seksi Pemeliharaan Sarana Prasarana Konservasi Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, Kamis.

Pengangkatan sampah itu, kata Maryana, mendesak dilakukan sebab selain menghambat lajur aliran air, sampah juga menyebabkan pendangkalan saluran. Hal ini yang membuat kapasitas kanal ataupun kali berkurang. Dampaknya potensi banjir menjadi lebih besar saat volume air meningkat di kali ataupun kanal tersebut.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, penanganan sampah dilakukan setelah bantuan kepada korban banjir selesai. ”Nanti kami kerjakan, sekarang konsentrasi dulu ke banjir,” kata Jokowi saat meninjau lokasi banjir di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.

Di Jalan Muara Baru terlihat tumpukan sampah di tepi jalan dekat permukiman warga. Sudah berhari-hari sampah itu tidak diangkut. Truk sampah tidak datang untuk mengangkut sampah. Kepada warga, Jokowi mengimbau agar mereka tak membuang sampah di sungai agar tidak menyumbat aliran sungai dan menyebabkan banjir. ”Kita akan bersihkan, tetapi semuanya tolong menjaga kebersihan,” ujar Jokowi.

Imbauan Jokowi tampaknya sulit diikuti warga. Pasalnya, tumpukan sampah yang tak tertangani malah memicu warga di Kampung Melayu, Jakarta Timur, membuang sampah dan endapan lumpur akibat banjir dari permukiman mereka ke sungai.

”Habis, sampah yang ditumpuk di pinggir Jalan Jatinegara juga tidak diangkut-angkut, jadi buang saja ke sungai,” kata Parmin, warga Kampung Pulo, Kampung Melayu, kemarin.

Bahkan, tumpukan sampah yang teronggok di sepanjang Jalan Kota Bambu Utara 1 kembali terbawa arus banjir akibat jebolnya tanggul Kanal Barat di ruas bawah jalan layang di seberang Stasiun Kereta Api Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sampah yang terbawa banjir luapan air Kanal Barat kembali menggenangi sebagian wilayah Kota Bambu Utara, Jakarta Barat.

Lurah Kota Bambu Utara Kamso yang ditemui di sela-sela kegiatan membersihkan sampah, kemarin, mengatakan, gundukan sampah yang menutup sebagian jalan lingkungan dipindahkan dan dikumpulkan di tepi Jalan Raya KS Tubun. Tak kurang dari 15 truk telah mengangkut sampah yang ditumpuk di Jalan Raya KS Tubun itu.

Tumpukan sampah


Setiap hari, sejak banjir surut, tumpukan sampah terlihat memenuhi sejumlah ruas bahu jalan yang sebelumnya tergenang banjir dan tempat pengungsian. Di Jakarta Selatan, tumpukan sampah banyak muncul di Rawajati, Pancoran, dan Bukit Duri, Tebet. Meskipun hampir setiap hari dibersihkan dari tumpukan sampah, sepanjang Jalan Otista Raya dan Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, tak juga bersih dari tumpukan sampah banjir.

Di Jakarta Barat, sampah memenuhi bahu Jalan Kota Bambu Utara 1 hingga sepanjang 600 meter dengan ketinggian tumpukan 60-150 sentimeter. Tumpukan sampah itu hampir memenuhi 40 persen dari bentangan jalan itu sekitar 1,6 kilometer.

Sebagian warga di Rawajati harus berkali-kali menghubungi suku dinas kebersihan setempat untuk mengangkut sampah banjir di lingkungan tempat tinggal mereka.

”Tumpukan sampah itu harus segera diangkut karena jumlahnya cukup banyak, baik sampah yang terbawa banjir maupun sampah dari pengungsian. Setelah dihubungi berkali-kali, sampah itu baru diangkat petugas kebersihan,” kata Wahyu, warga Rawajati yang mengungsi karena rumahnya dilanda banjir, 17 Januari lalu.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Unu Nurdin mengatakan, seluruh armada pengangkut sampah sebanyak 751 truk dikerahkan untuk mengangkut sampah banjir di Jakarta. Namun, dia tak menampik bahwa pengangkutan itu tak bisa dilaksanakan setiap jam. Sebab, kondisi semua truk sampah yang dioperasikan sekarang sudah tua dan rusak sehingga memperlambat pengangkutan sampah.

”Sebagian besar truk sampah itu sudah tua, 10 sampai 30 tahun. Banyak yang bannya gundul. Ditambah lagi kondisi jalan di Jakarta yang macet sehingga mobilitasnya lambat,” katanya.

Meski selama tiga hari terakhir pascabanjir tak kurang dari 750 ton sampah banjir telah diangkut oleh truk Dinas Kebersihan DKI, tumpukan sampah yang tak terangkut masih banyak. Sampah yang tak terangkut ini menyebabkan volume sampah di Jakarta bertambah dari 5.000 ton per hari menjadi 5.250 ton per hari.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan Kota Bekasi Junaedi mengatakan, penambahan sampah mencapai 50 ton per hari selama banjir. Tumpukan sampah di Kota Bekasi bertambah dari 1.400 ton per hari menjadi 1.450 ton per hari selama banjir kurun Januari 2013. Tambahan sampah datang dari aliran Sungai Bekasi dan saluran air yang meluap ke daratan.(NDY/FRO/NEL/WIN/ART/BRO/MDN)



Post Date : 25 Januari 2013