Sedimentasi Sungai Tinggi Banjir tidak Terelakkan

Sumber:Media Indonesia - 23 Oktober 2012
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
RATUSAN rumah warga yang terletak di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Senin (22/10), terendam banjir setinggi 90 cm. Rumah yang terendam terletak di empat desa di Kecamatan Gunung Sahilan, yaitu Kebun Durian, Sungai Lipai, Gunung Sahilan, dan Sahilan Darussalam.
 
Akibat banjir itu, aktivitas warga untuk mendodos karet dan memanen sawit jadi terkendala. Selain itu, banjir menggenangi puluhan hektare kebun petani. Di daerah lain, tepatnya di Kelurahan Sei Mati dan Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimoon, banjir juga terjadi, kemarin.
 
Naiknya air di dua kelurahan itu disebabkan meluapnya Sungai Deli yang kerap terjadi setiap tahun. Seorang warga yang rumahnya turut kebanjiran, Pai, 57, mengeluhkan sikap Pemerintah Kota (Pemkot) Medan dan pihak Kelurahan Sei Mati yang tidak pernah memberikan bantuan saat warga kebanjiran.
 
“Pemkot Medan tidak pernah memberikan bantuan, apalagi lurah Sei Mati tidak pernah turun langsung melihat warga yang kebanjiran,” keluhnya.
 
Adapun ratusan rumah di Enarotali, Kabupaten Paniai, Papua, juga teredam banjir sejak Minggu (21/10). Sementara itu, warga puluhan desa di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Dengkeng di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, juga terancam banjir.
 
Pasalnya, sepanjang 2012 anak Sungai Bengawan Solo itu tidak dinormalisasi atau mendapat pengerukan sedimentasi. Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Klaten Harjaka mengatakan normalisasi sungai itu menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).
 
Namun, BBWSBS pada tahun ini tidak menggulirkan program normalisasi sungai tersebut. Hal serupa juga terjadi di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, pemerintah kabupaten setempat belum melakukan pengerukan sedimentasi Sungai Aek Narahar. 
 
Bantuan karung 
 
Begitu pun kondisi Sungai Citanduy. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Jawa Tengah, Wasi Aryadi mengungkapkan, penyebab utama banjir yang terjadi di Cilacap khususnya wilayah barat berasal dari meluapnya Sungai Citanduy.
 
Menurut Wasi, kondisi Sungai Citanduy sudah parah karena sedimentasi di alur DAS cukup parah. Apalagi di bagian muara juga semakin banyak lumpur yang kemudian membentuk daratan. “Akibatnya, kalau curah hujan tinggi, air yang seharusnya masuk ke laut malah membalik kembali sehingga membuat Sungai Citanduy meluap,“ ungkapnya.
 
Kondisi semacam itu mengancam daerah-daerah yang berada di alur DAS Citanduy dan anak-anak sungai seperti Sungai Cijalu, Sungai Cikawung, Sungai Ciberem, dan sebagainya. Saat ini, lanjut Wasi, warga di sekitar wilayah sungai telah meminta bantuan karung untuk menguatkan tanggul sungai.
 
Untuk menangkal terjadinya bencana banjir, tahun ini Pemkab Trenggalek, Jawa Timur, tidak tanggung-tanggung menganggarkan dana sebesar Rp4,9 miliar. Dana sebesar itu difokuskan untuk normalisasi Sungai Ngasinan yang setiap musim penghujan selalu meluap dan mendatangkan bencana banjir.
 
“Untuk normalisasi Sungai Ngasinan saja dianggarkan Rp800 juta,” kata Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Trenggalek Yoso Mihardi, kemarin.
 
Selain itu, dana digunakan untuk enam kegiatan seperti pengadaan bronjong, karung plastik, pemeliharaan jaringan irigasi, pemeliharaan rumah pintu atau pintu air, pemeliharaan rutin, dan normalisasi jaringan irigasi. RHOLAND MUARY


Post Date : 23 Oktober 2012