Sistem Drainase Jakarta Amburadul

Sumber:Koran Tempo - 08 April 2009
Kategori:Drainase

JAKARTA -- Banjir dan genangan air di sejumlah wilayah Jakarta saat diguyur hujan deras pada Senin lalu disebabkan drainase yang buruk. Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Jakarta, Yayat Supriatna, juga mengakui buruknya sistem drainase Jakarta. Menurut dia, sistem sirkulasi drainase Jakarta sudah tidak jelas. "Antara saluran pembuangan mikro dan makronya tidak nyambung," tutur Yayat ketika dihubungi Tempo kemarin.

Selain itu, fungsi drainase kini hanya menyisakan 30 persen dari kapasitas seharusnya. Sehingga, kata dia, hujan dengan intensitas sedang pun bisa menimbulkan banjir ataupun genangan air.

Yayat menegaskan, pemerintah dan masyarakat telah gagal dalam mengelola dan memelihara fungsi drainase. Hal itu terbukti dengan sangat mudahnya banjir dan genangan air melanda sejumlah kawasan di Jakarta. Bukan cuma di jalan-jalan utama seperti Gatot Subroto, tapi juga di permukiman-permukiman warga.

Salah satu permukiman yang menjadi langganan adalah Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Selain luapan dari Kali Krukut, banjir di wilayah itu akibat drainase yang buruk. Warga yang rumahnya tidak bertingkat terpaksa mengungsi. Berdasarkan pantauan Tempo, banyak got-got yang mengalami pendangkalan tanpa pengerukan. Hal itu terlihat di sepanjang Jalan Pulo Raya II, di mana sisa air banjir masih tergenang tanpa mengalir ke mana-mana.

Selain itu, pada beberapa titik, timbunan sampah terlihat memenuhi saluran air sehingga makin menghambat jalannya air. "Ini yang bikin air susah mengalir. Sedikit saja air Kali Krukut luber, banjir langsung melanda," tutur Jali, warga lainnya, kepada Tempo.

Tarjuki, Kepala Bagian Pemeliharaan Sumber Daya Air di Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, mengatakan saluran drainase Jakarta tidak sanggup mengaliri air bila hujan sangat lebat. "Akibatnya terjadi antrean air di beberapa tempat dalam beberapa waktu," ujarnya. Tarjuki menambahkan, saluran drainase di Jakarta yang lebarnya 60 sentimeter hingga 1 meter didesain hanya untuk menampung air hujan 10 milimeter per jam. Padahal hujan yang turun pada Senin lalu mencapai 20 milimeter per jam.

Wakil Ketua Komisi B Bidang Perekonomian Ben Sitompul mengatakan, saluran drainase di Jakarta perlu dievaluasi. "Saat ini, di lokasi tinggi dan dekat sungai saja mudah tergenang," tutur Ben kemarin.

Tarjuki sependapat. Apalagi pola curah hujan kini cenderung berubah-ubah. AMIRULLAH| EKA UTAMI APRILIA



Post Date : 08 April 2009