Tak Perlu Air untuk Menyiram

Sumber:Suara Merdeka - 24 Agustus 2006
Kategori:Sanitasi
KALAU ingin buang air besar, namun debit air di sekeliling tak mencukupi, biasanya akan membikin orang repot. Serbasalah jadinya. Padahal, kondisi itu tidak bisa dikompromikan jika tak ingin diserang penyakit karena menahannya. Muka pun sudah dilipat-lipat.

Namun, jika kondisi seperti itu terjadi di lingkungan sekitar WC biotoilet, orang pun pasti akan bisa tersenyum kembali. Perasaan jadi plong. Masalah air pun bukan menjadi persoalan serius karena begitu masuk, pilihannya kalau tidak duduk, ya jongkok. Kalau sudah beres, selanjutnya tinggal menekan tombol agar limbah dari perut yang sudah dikeluarkan itu segera diproses.

Mungkin yang menjadi persoalan selanjutnya lebih pada kebiasaan masyarakat. ''Masyarakat kita belum terbiasa buang air kecil atau besar dengan 'kering'. Karena itulah, kami membangun WC ini masih dengan menyediakan air untuk bersih-bersih, tapi tidak dibenarkan dilakukan di atas kloset,'' tandas peneliti utama biotoilet, Neni Sintawardani, Rabu (23/8).

WC biotoilet merupakan salah satu bentuk sumbangsih Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Saat ini baru tersedia tiga unit. Menurut Neni Sintawardani, keberadaan WC tersebut masih sebatas alternatif, tapi tidak menutup kemungkinan dapat digunakan secara massal.

Cara kerja WC tersebut terbilang sederhana. Di bawah kloset terdapat kotak berisi serbuk gergaji yang akan menampung kotoran. Tombol yang dipijit itu akan menggiling kotoran bersama serbuk karena gerak bilah berbentuk spiral yang digerakan oleh rotor dalam rentang waktu tertentu.

Mesin itu digerakkan oleh tenaga listrik, tapi menurut Neni, bisa juga penggilingan itu digerakkan secara manual.

Sifat serbuk tersebut, kata Neni, menyerap bau dan air yang berasal dari kotoran yang dikeluarkan manusia karena memiliki porositas (pori-pori) tinggi. Karena itu, tak perlu khawatir dengan bau yang mungkin muncul. Selain itu, serbuk tersebut juga memiliki selulosa yang membuatnya tidak mudah terurai oleh bakteri. Jadi relatif awet.

Proses penggilingan akan mengubah kotoran menjadi gas dan air. Karena itu, ada cerobong di kotak penggilingan.

Serbuk penggilingan dapat diganti tiga bulan sekali dengan jenis serbuk gergaji kayu. Pergantian bergantung pemakaian dan kapasitas. Kapasitas 150 liter dapat dipakai 10 orang atau yang 50 liter untuk pemakaian satu orang.

Limbah dari serbuk itu juga dapat bermanfaat sebagai pupuk karena ada kandungan nutrisinya. (Setiady Dwie-60n)

Post Date : 24 Agustus 2006