Teknologi Mampu, tetapi Terganjal Anggaran

Sumber:Kompas - 03 Desember 2009
Kategori:Climate

Adaptasi menjadi kata kunci menyikapi dampak perubahan iklim di kawasan laut dan pesisir. Indonesia dikenal sebagai negara yang sebagian besar penduduknya menghuni kawasan pesisir.

Menurut laporan perubahan iklim tahun 2007 yang dikeluarkan Panel Ahli Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), kawasan pesisir dan laut tergolong rentan. Selain erosi, perubahan iklim juga mendorong kenaikan muka air laut.

Diperkirakan, jutaan manusia akan dipaksa membiasakan diri hidup dengan banjir pada tahun 2080. Ribuan pulau terancam tenggelam pada tahun 2100 apabila laju emisi gas rumah kaca (GRK) tidak secara signifikan dikurangi.

Meski negara-negara di dunia menyatakan komitmennya menurunkan laju emisi GRK, perubahan iklim hampir tidak bisa dihentikan. Paling mungkin adalah memperlambat dampak buruknya.

Untuk itu, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi keharusan seluruh negara di dunia. Dan, sektor kelautan berada pada titik penting.

Tiga model adaptasi

Khusus soal adaptasi, seperti dikatakan Kepala Subdirektorat Pengelolaan Pesisir dan Lautan Terpadu pada Departemen Kelautan dan Perikanan Subandono, setidaknya ada tiga model adaptasi. Model-model itu adalah adaptasi proteksi, akomodasi, dan relokasi.

Adaptasi proteksi (melindungi) dilakukan dengan membangun tanggul atau hutan bakau untuk menghadang kenaikan muka air laut. Cara ini dilakukan Belanda dan Maladewa.

Sementara itu, adaptasi akomodasi dapat dilakukan dengan membangun rumah atau gedung berkaki dengan kolong air di bawahnya. Bisa juga dengan membangun rumah terapung.

Adaptasi relokasi berarti memindahkan hunian atau masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir yang tergenang air.

Ketiga model adaptasi membutuhkan ongkos besar. ”Secara kemampuan teknik, Indonesia mampu, tetapi biaya menjadi kendala,” kata Subandono.

Pendanaan global

Salah satu jalan yang akan ditempuh adalah mengumpulkan dana global.

Delegasi RI di Pertemuan Para Pihak Ke-15 Kerangka Kerja Konvensi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, 7-18 Desember 2009, di antaranya mengusung misi itu. Pendanaan adaptasi di kawasan pesisir menjadi salah satu fokus perjuangan delegasi.

”Indonesia akan berupaya memperoleh pendanaan adaptasi kelautan,” kata salah satu anggota delegasi RI, Tri Tharyat. Permintaan pendanaan global di bidang adaptasi dinilai realistis.

Adapun mendesakkan pendanaan global untuk mitigasi (pencegahan) dari laut Indonesia dinilai kurang realistis. Peran laut Indonesia, yang merupakan negara di kawasan tropis, sebagai penyerap karbon dioksida belum didukung penelitian cukup. Meskipun peluang adanya dana global bagi adaptasi kelautan terbilang besar, jumlahnya belum jelas. Untuk itu, Indonesia harus menggalang kerja sama dengan negara lain.

Fakta di lapangan, ada dana global atau tidak, masyarakat pesisir Indonesia sudah, sedang, dan akan terus terdampak perubahan iklim. Fakta lain adalah di tengah kondisi itu, pesisir dihuni masyarakat dengan kemampuan adaptasi lemah. Di sanalah sebagian besar kelompok miskin tinggal dan berkembang. (GSA)



Post Date : 03 Desember 2009