Tidak Ada Cara Ajaib di Singapura

Sumber:Kompas - 06 September 2011
Kategori:Air Minum

Sensasi menyergap ketika berada di dalam kapsul Singapore Flyer. Apalagi ketika kapsul yang ditumpangi berada di puncak ketinggian selama beberapa saat.

Dari ketinggian 165 meter itu, kita bisa melihat Marina Barrage dari kejauhan. Bendungan yang dibangun di kawasan Marina terlihat layaknya benteng raksasa di mulut selat Singapura.

Marina Barrage adalah proyek visioner Lee Kuan Yew ketika dia menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura sekitar dua dekade lalu. Marina Barrage dibangun sebagai bendungan penampung air tawar perkotaan dan gerbang pengendali banjir.

Selain dua fungsi itu, Marina Barrage juga dijadikan sebagai tempat rekreasi di negara urban seluas 700 kilometer persegi dan berpenduduk sekitar lima juta jiwa itu. Kini, Marina Barrage tidak ubahnya patung Merlion ataupun Singapore Flyer yang menjadi ikon negara Singapura.

Marina Barrage adalah salah satu bukti keseriusan Singapura memenuhi kebutuhan air bagi lima juta penduduknya. Bendungan itu juga menjadi salah satu langkah strategis Singapura mengantisipasi berakhirnya perjanjian jangka panjang suplai air baku dengan Malaysia yang berakhir 2061.

Komitmen


Tidak ada jalan pintas dan mengandalkan keajaiban. Secara tepat menetapkan target prioritas dan berkomitmen mencapai target itu merupakan cara Singapura, yang merdeka pada 1965, sukses mengelola air dan kini menjadi Kota Taman dan Kota Air (City of Gardens and Water).

Kerja keras dan kerja sama juga merupakan kunci sukses Singapura. Hal itu terbukti pula pada program kebersihan sungai dan saluran air serta bantarannya.

Sebelum tahun 1970-an, sungai dan saluran air di Singapura nyaris sama kondisinya dengan sungai dan kali Jakarta, kotor dan penuh sampah. Ikan pun sulit ditemukan di sungai-sungai di Singapura.

Perdana Menteri Lee saat itu membuat kebijakan membersihkan sungai dan kanal hingga kawasan pantai di Singapura sekaligus untuk menanggulangi keterbatasan sumber daya air.

Kebijakan itu dijawab dengan komitmen dan kerja sama semua departemen dan agen pemerintah serta kalangan masyarakat Singapura. Program kebersihan sungai itu disinergikan dengan proyek pemerintah membangun pusat-pusat penampungan air dan pusat pengolahan air limbah domestik serta pusat desalinasi untuk memenuhi pasokan air bersih.

Pemerintah Singapura juga membuat peraturan yang melarang warga mengotori sungai. Mereka membangun pelabuhan baru supaya kapal-kapal tidak lagi bersandar di kawasan pantai. Pemerintah juga membuka tempat berdagang dan permukiman baru untuk memindahkan permukiman warga dan pedagang makanan dari bantaran sungai.

”Kebijakan itu mulai dikerjakan tahun 1977,” kata George Madhavan, Direktur Departemen Masyarakat, Publik, dan Swasta di Dewan Utilitas Publik (Public Utilities Board) Singapura, di sela-sela Pekan Air Internasional Singapura (Singapore International Water Week) 2011 di Suntec Singapore, awal Juli.

Mereka juga membangun saluran khusus untuk mengalirkan air limbah rumah tangga ke penampungan, kemudian mengolahnya menjadi air bersih, selain membuat saluran air terpisah untuk mengalirkan air hujan ke penampungan, kemudian mengolahnya menjadi air bersih.

Pemerintah Singapura juga menekankan pentingnya berhemat air. Mereka mendukung penggunaan teknologi dan mencurahkan anggaran untuk program membersihkan sungai dan saluran air.

Alhasil, sungai dan kanal sampai kawasan pantai di Singapura, seperti terlihat di Marina, terlihat bersih dan menawan sampai saat ini. Dalam kurun waktu 10 tahun setelah program sungai bersih dimulai, menurut George, ikan sudah mudah ditemukan berenang di sungai-sungai.

”Tidak ada cara ajaib dalam menangani persoalan air,” ujar Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam sesi dialog tentang air di Pekan Air Internasional Singapura 2011 di Suntec Singapore, Singapura, Selasa (5/7).

Isu strategis

Sampai saat ini sekitar 1,8 miliar orang di kawasan Asia diperkirakan masih kesulitan mengakses air bersih. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun sekitar dua juta orang di dunia meninggal akibat penyakit diare dan penyakit lain yang bersumber dari buruknya kualitas air.

Penyediaan air bersih untuk kebutuhan masa depan kemudian menjadi isu strategis. Pakar masa depan, James Canton, menyebutkan, kebutuhan air meningkat dua kali lebih cepat dari pertambahan penduduk dalam kurun waktu satu abad terakhir. Kawasan Asia Tenggara termasuk wilayah yang akan mengalami kekurangan air pada masa depan.

Jikalau Singapura sukses membersihkan sungainya, bagaimana dengan Jakarta?

Pencemaran sungai dan kali di Ibu Kota hingga sekarang masih menjadi tantangan serius.

Pengalaman Singapura memberikan inspirasi dan contoh pengelolaan air dapat berjalan sukses apabila semua pihak terkait mendukung, bersama-sama bekerja dan memberikan komitmennya. Keberhasilan tidak akan diperoleh dari sekadar berslogan, tetapi melalui kerja. (Cokorda Yudistira)



Post Date : 06 September 2011