Tiga Sungai Jadi Jamban Raksasa

Sumber:Indo Pos - 23 Mei 2006
Kategori:Sanitasi
SIDOARJO - Tingkat pencemaran sungai di Sidoarjo sudah sedemikian parah. Ini terungkap dari temuan LSM Dewan Lingkungan Sidoarjo (DLS). Ada tiga sungai yang airnya diambil untuk sampel oleh DLS. Yakni, Sungai Mambang di Desa Kemiri, Sidoarjo Kota; Sungai Gambiranom di Desa Gambiranom, Gedangan; dan Sungai Buduran di Desa Siwalanpanji, Buduran.

Dari uji laboratorium, diketahui sejumlah zat kimia dan zat organik yang menjadi parameter pencemaran meningkat jauh di atas ambang batas. Namun, yang cukup menonjol adalah parameter pencemaran air oleh tinja. "Dari ketiga sungai itu, yang tertinggi kandungan tinjanya ada di Sungai Mambang. Ambang batasnya 2.000 MPN/100 ml. Hasil uji laboratorium mencapai 160.000 MPN/100 ml," ungkap Sekjen DLS Nurul Ahdi, sambil menunjukkan data hasil uji Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I.

Hasil uji laboratorium untuk sampel air Sungai Gambiranom menunjukkan kandungan tinjanya mencapai 14.000 MPN/100 ml. Di Sungai Buduran, kandungan tinjanya hanya 2.200 MPN/100 ml. Atau lebih 10 persen dari ambang batas.

Parameter pencemaran berikutnya yang juga cukup menonjol adalah timbal. Untuk parameter ini, air Sungai Buduran paling tinggi. Ambang batasnya 0,003 mg/l. Di sungai itu, kandungan timbalnya mencapai 0,1084 mg/l.

Berikutnya Sungai Mambang. Kandungan timbal air sungai tersebut mencapai 0,024 mg/L. Posisi terakhir adalah Sungai Gambiranom. Kandungannya mencapai 0,0066 mg/l. "Selain itu, parameter lain yang juga meningkat adalah kandungan tembaga, klor bebas, fenol, sulfida, dan nitrit," imbuh Nurul.

Meningkatnya parameter pencemaran air di ketiga sungai itu, lanjut Nurul, ditengarai akibat aktivitas industri di sekitar hulu sungai. Menurut catatan DLS, ada 604 pabrik di Sidoarjo yang berpotensi menjadi pencemar sungai. "Pabrik-pabrik itu rata-rata sudah mempunyai IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Tapi, pengoperasiannya tidak sempurna," ungkap Nurul.

Rata-rata pula, lanjut Nurul, mereka beralasan biaya operasi IPAL mahal. Karena itu, banyak yang memilih membuang air limbahnya begitu saja ke sungai, tanpa diolah secara sempurna. Umumnya, mereka membuang limbah secara langsung ke sungai saat malam.

"Ini bisa berdampak buruk pada biota laut, pertanian, dan mengancam kesehatan maupun keselamatan jiwa manusia. Kami mendesak, dinas terkait memperhatikan masalah pencemaran sungai ini," tegasnya. (sat)

Post Date : 23 Mei 2006