Wabah Muntaber di Jayawijaya Telan 150 Jiwa

Sumber:Media Indonesia - 02 Mei 2006
Kategori:Sanitasi
JAYAPURA--MIOL: Hingga Selasa, wabah muntah berak (muntaber) di Kabupaten Jayawijaya, Papua, masih terus berlangsung, dan jumlah korban meninggal dunia terus bertambah.

Selama ini Dinas Kesehatan Provinsi Papua sudah memberikan bantuan obat-obatan dan tenaga medis lainnya untuk mengatasi kejadian luar biasa yang sempat memuncak 16 Maret lalu itu.

Menurut data yang dihimpun Media Indonesia, jumlah penderita muntaber, terutama yang terjadi di Distrik Kurulu dan Asolegama, Kabupaten Jayawijaya, telah mencapai angka 700 jiwa lebih dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini.

Sementara itu, tercatat 153 jiwa telah meninggal dunia akibat serangan penyakit menular itu, di antaranya sebanyak 12 jiwa meninggal dunia saat berada dalam perawatan medis di RSUD Wamena.

Sebelumnya, pada 20 Maret lalu ketika Media Indonesia meliput peristiwa muntaber di Wamena, pihak RSUD Wamena baru mencatat sekitar 600 orang yang terserang penyakit muntaber, dan baru 118 jiwa yang meninggal dunia akibat penyakit tersebut.

Dan dari 316 penderita yang sempat dirawat di RSUD Wamena, baru tujuh orang pasien yang meninggal dunia, sedangkan jumlah penderita rawat inap sudah tersisa 25 orang pasien saja, termasuk delapan pasien di antaranya yang belum mencapai 24 jam perawatan di RSUD itu sehingga masih berada di ruang Unit Gawat Darurat.

Ketika dikonfirmasi Media Indonesia melalui saluran telepon, Selasa, Direktur RSUD Wamena, dr. Viviana MP membenarkan hal itu.

"Pasien penderita muntaber yang sempat datang ke sini (maksudnya, ke RSUD Wamena), umumnya yang sudah dalam keadaan sangat kritis, sehingga kami cukup sulit memberikan pertolongan. Apalagi sebelum ada bantuan dari Dinas Kesehatan Papua, kami juga mengalami kekurangan cairan infus maupun obat-obatan lainnya," ungkapnya.

Menurut dr. Viviana, selain karena faktor lingkungan hidup yang tak sehat, umumnya para pasien muntaber itu datangnya dari lingkungan masyarakat yang berpola hidup kurang sehat.

Dari keterangan sejumlah pasien muntaber, dr. Viviana menyimpulkan bahwa wabah muntaber itu selain disebabkan oleh tercemarnya sumber air minum akibat curah hujan terus menerus dalam waktu beberapa hari, diikuti luapan banjir, juga karena para pasien muntaber sering mengkonsumsi air yang belum dimasak, dan tak biasa mencuci tangan sebelum makan.

Umumnya para pasien muntaber itu juga mengaku tidak pernah mendapat arahan dari pihak manapun juga mengenai pola atau cara hidup sehat dimaksud.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya, Perry Djigibalon, menjelaskan jumlah penderita muntaber terbanyak terjadi di dua distrik, yakni di lingkungan Distrik Asolegama serta Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya.

Tapi, peristiwa mewabahnya penyakit muntaber itu juga sudah menjangkau hingga ke salah satu distrik terdekat Wamena, yakni Distrik Kurima yang berada di dalam wilayah Kabupaten Yahukimo.

Di lain pihak, kondisi RSUD Wamena sebagai satu-satunya Rumah Sakit rujukan untuk penderita sakit di wilayah Kabupaten Jayawijaya serta Kabupaten Yahukimo dan sekitarnya, kondisinya kini sangat memprihatinkan.

"Saya telah bekerja selama 14 tahun di sini. Dan RSUD ini tidak pernah berkembang maju, bahkan bukan hanya jalan di tempat tapi justru mundur ke belakang," ungkap dr. Viviana.

Lebih jauh, Viviana menjelaskan, RSUD Wamena hanya memiliki lima tenaga dokter umum, dua di antaranya dalam keadaan sakit. Dan kapasitas rawat inap yang tersedia hanya sebanyak 91 tempat tidur.

Sedangkan soal pembiayaan obat-obatan dan operasional RSUD Wamena pun dalam kondisi yang memprihatinkan karena hingga saat ini, dr. Viviana selaku direktur di Rumah Sakit itu mencatat adanya utang obat-obatan serta peralatan laboratorium hingga mencapai Rp1,4 miliar.

"Padahal 90 persen pasien yang berobat ke Rumah Sakit ini terpaksa harus dibebaskan dari biaya obat maupun perawatannya, karena berasal dari lingkungan keluarga miskin," tuturnya. (MY/OL-03)Penulis: yohanes

Post Date : 02 Mei 2006