Warga Lereng Merapi Terpaksa Beli Air

Sumber:Kompas - 06 September 2012
Kategori:Kekeringan
YOGYAKARTA, KOMPAS - Petani di lereng Gunung Merapi semakin kekurangan air. Untuk menyirami tanaman, mereka terpaksa membeli air. Kondisi ini sebagai dampak dari kekeringan berkepanjangan.
 
Sartotiyoso (75), warga Dusun Srunen, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, mengaku, sebulan terakhir sudah membeli lima tangki air untuk menyirami tanaman cabai keriting miliknya. Pasokan air tersebut ia tampung di dua drum plastik besar dan sebuah kolam buatan yang dilapisi terpal agar tak merembes.
 
”Cabai saya baru sebulan tanam. Kalau enggak disirami terus, pasti mati,” ucapnya, Rabu (5/9), di Sleman, Yogyakarta.
 
Satu tangki air dengan volume sekitar 5.000 liter dibeli seharga Rp 100.000. Stok air ini dapat mencukupi kebutuhan air sekitar satu minggu. Hal serupa dilakukan Karjo (35), warga Srunen. ”Petani kini mendapat beban biaya tambahan untuk membeli air selain membeli pupuk,” ujarnya.
 
Wolo (45), sopir truk tangki, mengatakan, setiap hari ia memasok kebutuhan air bagi petani di sekitar lereng Merapi. Air tersebut ia ambil dari Sungai Lumpang di Kecamatan Manisrenggo, Klaten, Jateng.
 
”Satu tangki air harganya Rp 100.000. Petani yang tidak punya uang bisa membeli secara patungan dengan petani lainnya,” kata dia.
 
Di Madiun, Jatim, sebagian masyarakat setempat hanya bisa mengandalkan bantuan air bersih yang dikirim melalui truk tangki dari PDAM. Hal itu terjadi setelah sumur mengering.
 
Antrean ember dan jeriken air pada Kamis (5/9) terlihat di depan rumah warga di Desa Duren dan Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Tidak lama berselang, dua truk tangki air datang. Kendaraan berkapasitas masing-masing 5.000 liter itu langsung mengisi ember dan jeriken dengan air bersih dari PDAM.
 
Suyati (42), warga Desa Duren, mengatakan, sudah sebulan lebih sumur warga mengering. Masyarakat terpaksa mencari air ke sumur pompa dalam yang lokasinya di tengah areal persawahan. Dibutuhkan perjalanan 1 kilometer jalan kaki untuk mencapai sumur.
 
Sementara itu, penyelesaian pembangunan saluran sekunder pada dua bendung, yakni Amandit di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Batang Alai di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, masih terhambat pembebasan lahan. Padahal jika irigasi teknis itu rampung, mampu mengoptimalkan produksi padi di lahan seluas sekitar 4.000 dan 3.500 hektar. (NIK/ABK/WER)


Post Date : 06 September 2012