BELAJAR SANITASI DARI SEKOLAH DASAR DI PELOSOK NEGERI

10 Oktober 2014
Dibaca : 1113 kali


Sekilas tidak terlihat sesuatu hal istimewa dari sekolah yang berada di Kampung Besum itu saat Tim Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional mengadakan kunjungan pada 2 Oktober 2014 lalu. Bangunan sekolah dengan halaman yang luas dan bersih terlihat kokoh berdiri. Namun di balik semua itu, banyak pembelajaran yang dapat diambil dari sekolah tersebut, salah satunya para siswa SD Inpres Besum kerap melakukan Perilku Hidup Bersih dan sehat seperti Cuci Tangan Pakai Sabun.

Kepala Sekolah SD Inpres Besum, Sarimun mengatakan bahwa pada awal dirinya bertugas pada 2010, kondisi lingkungan sekolah masih sangat kotor dan kurang terawat. “Belum adanya pagar pembatas sekolah, kebiasaan penduduk sekitar yang masih sering buang air besar sembarangan (BABS)  juga menyebabkan lingkungan sekolah sering ditemukan kotoran. Hal ini tentu sedikit banyak mempengaruhi kesehatan para siswa,” tuturnya.

Melihat kondisi ini, Sarimun mengaku tidak bisa tinggal diam. Berbagai upaya pun dilakukan bersama dengan para guru dan segenap komite sekolah demi peningkatan kebersihan lingkungan di sekolah yang beliau pimpin. Mulai dari pengamanan lingkungan dengan pagar pembatas lingkungan sekolah, perbaikan sarana MCK, sampai penanaman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kepada para siswa.

“Selain perbaikan fasilitas fisik, kami juga menekankan pentingnya perubahan perilaku para siswa, terutama untuk Stop BABS. Bimbingan dan pembiasaan hidup bersih selalu dilakukan oleh para guru ketika akan memulai dan mengakhiri pelajaran di kelas. Syukurlah, dengan upaya tersebut, saat ini 80% siswa sekolah ini sudah terbiasa untuk BAB di sarana yang disediakan, “ jelas Sarimun.

Untuk membiasakan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Sarimun mengatakan bahwa pihaknya akan mengadakan lomba antar kelas untuk merancang dan membuat sarana CTPS sederhana dengan bahan baku yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar, seperti kaleng ataupun dirijen. “Sejujurnya, saya terinspirasi oleh sarana CTPS sederhana Tipy taps yang tidak memerlukan biaya mahal dan mudah dibuat. Kami harapkan dengan perlombaan ini, para siswa semakin semangat dan terbiasa untuk CTPS di 5 waktu kritis,” tukasnya lagi. Nuri.

Editor: Cheerli

Share