Bio Toilet, Inovasi Jamban Ramah Lingkungan

02 Januari 2013

Toilet ramah lingkungan atau yang lebih dikenal dengan sebutan bio-toilet memang bukan inovasi baru yang ada dimuka bumi ini.

Pada sejumlah negara maju seperti Jepang, Denmark dan Swedia alternatif WC “hijau” tersebut bahkan telah diterapkan sejak beberapa tahun silam.

Adapun di Indonesia, teknologi jamban sehat ini mulai dikembangkan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) pada 2007 lalu.

Seperti yang dikutip dari wikipedia, bio toilet adalah kloset kering yang menggunakan sistem pengolahan dengan bantuan bakteri aerob. Artinya, dalam sistem ini urine maupun feses akan didekomposisi oleh bakteri tersebut.

 

 

Prinsip teknologi bio toilet sendiri, memakai media serbuk kayu sebagai matriks penangkap limbah organik, baik padat maupun cair. Bahkan, limbah dapur sisa makanan juga bisa diolah pada bio toilet ini.

Bio toilet memiliki didesain khusus untuk tidak menimbulkan pencemaran, karena kotorannya ditampung dalam dry box yang biasanya terbuat dari baja dengan lapisan stainless steel yang cukup tebal.

Dry box itu kemudian diisi serbuk kayu yang berfungsi menyerap cairan dan bau yang dihasilkan dari kotoran. Serbuk kayu yang telah digunakan juga dapat diganti setiap 3 sampai 4 bulan sekali.

Selain membuat pemakaian air berkurang, penggunaan serbuk kayu ini juga berfungsi untuk mengolah limbah menjadi kompos.

Bukan hanya itu saja, WC ini  juga memiliki berbagai keunggulan lain mulai dari tidak menimbulkan bau, memiliki bentuk sederhana, hingga tidak memerlukan saluran pembuangan. Oleh karena itu, wajar bila saat ini makin banyak pengguna jamban yang dikenal dengan sebutan “green toilet” itu.

Dalam salah satu artikelnya, planetsave.com menulisan, di tengah makin maraknya gerakan penyelamatan bumi yang ada saat ini, bio toilet dipandang sebagai salah satu solusi konkrit dalam mengurangi limbah domestik yang sangat berpontensi menyebabkan pencemaran.

Pasalnya, dengan cara kerja bio toilet limbah domestik yang dihasilkan setiap hari, tidak lagi dibuang ke sungai maupun sembarang tempat. Melainkan, akan diubah menjadi kompos yang dapat bermanfaat sebagai pupuk menyubur tanaman.

Selain itu, penggunaan WC kering ini juga dapat menekan kasus diare pada sejumlah daerah padat penduduk. Bahkan, bedasarkan penelitian LIPI bio-toilet mampu mengurai 60 persen feses manusia dalam 1 hari, sehingga dengan keunggulannya tersebut masalah pencemaran lingkungan pun dapat teratasi.

Seiring makin berkembangnya pemakaian bio toilet, berbagai perusahaan pembuat kloset pun kini mulai berlomba-lomba meluncurkan berbagai produk WC bio toilet dengan berbagai macam desain, baik untuk kloset jongkok maupun duduk. Bahkan, sejumlah perusahan juga bersaing untuk membuat rancangan terbaik yang dapat menarik pembeli.

Seperti dikutip dari planetsave, walaupun saat ini bio toilet belum menjadi pilihan utama. Namun, dengan berbagai keunggulan yang dimiliki para peneliti yakin bahwa inovasi toilet ramah lingkungan ini kedepannya akan semakin popular dan banyak digunakan oleh masyarakat di dunia. Cheerli

Share