Cakupan Layanan Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Wajo Terus Alami Peningkatan

04 Juli 2014
Dibaca : 2010 kali

Dalam rangka sosialisasi target universal access sektor air minum dan sanitasi di tahun 2019, Direktorat Permukiman dan Perumahan, Bappenas dan Sekretariat Pokja AMPL Nasional melaksanakan audiensi ke berbagai daerah di Indonesia.

Audiensi juga dilengkapi dengan kunjungan lapangan sektor air minum dan sanitasi untuk melihat kondisi eksisting pembangunan AMPL dan melihat kesiapan daerah dalam mencapai target tersebut.

Audiensi dan kunjungan lapangan kali ini dilaksanakan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, pada 26 Juni 2014 lalu. Dari audiensi yang dihadiri oleh Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, dan PDAM Kabupaten Wajo ini diketahui bahwa cakupan layanan tahun 2013 adalah sebesar 80% untuk sektor air bersih dan 83% untuk sektor sanitasi.

Dalam paparan singkatnya, PDAM Kabupaten Wajo menyatakan saat ini tingkat pelayanannya masih berada di angka 60% atau sekitar 8.000 Sambungan Rumah (SR), dari target tahun ini sebesar 80%. Selain itu, kapasitas produksinya masih sebesar 80-90 L/s dari kapasitas terpasang 120 L/s.

Meskipun secara kuantitas PDAM tidak menemui masalah, masih terdapat tantangan rendahnya kualitas air baku dan tingginya angka kehilangan air, sehingga sulit mencapai kapasitas terpasang. Sebagai upaya meningkatkan kinerja, saat ini PDAM sedang menyusun Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM).

Berbagai program intervensi dari Pusat sudah masuk ke Kabupaten Wajo, diantaranya Pamsimas dan STBM. Selama periode 2008-2013, Pamsimas telah masuk di 71 desa/kelurahan. Dalam keberjalanannya, Pamsimas menghadapi berbagai tantangan, diantaranya rendahnya kualitas air baku, kurangnya alokasi anggaran, dan sulitnya intervensi ke desa bantaran sungai. Namun, semua tantangan tersebut dapat dihadapi dengan keberadaan asosiasi yang mendukung pelaksanaan pembangunan sektor AMPL.

Untuk capaian STBM, sudah 42 desa/kelurahan yang berstatus Open Defecation Free (ODF), dengan 30 desa/kelurahan diantaranya merupakan desa Pamsimas. 42 desa ODF tersebut sedang beralih ke pilar STBM lainnya. Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo menyatakan bahwa 5 Pilar STBM tidak wajib dilaksanakan berurutan, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing desa.

Di Kabupaten Wajo, tim hanya mengunjungi 1 lokasi, Desa Mattirowalie. Sarana Pamsimas dibangun pada tahun 2008 dan hingga saat ini dikelola oleh BPSPAMS yang berjumlah 9 orang. Di Desa Mattirowalie, masyarakat sangat merasakan manfaat dari keberadaan sarana yang memiliki kualitas air cukup baik dan mengalir selama 24 jam ini. Sebelum adanya Pamsimas, masyarakat harus mengambil air dengan berjalan kaki ke sungai sejauh 1,5 Km setiap harinya. Desa Mattirowalie juga merupakan salah satu desa ODF di Kabupaten Wajo. Untuk meningkatkan pelayanan, BPSPAMS sedang mengajukan proposal ke pemerintah daerah untuk mengupayakan agar desa yang belum terlayani dapat terjangkau oleh pelayanan air minum. Saniya

Share