Gotong Royong Peduli Air

22 Maret 2013
Dibaca : 1617 kali

Begitulah kiranya semboyan yang diusung Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) dalam menyambut Hari Air Dunia yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 22 Maret.

Untuk memperingati Hari Air Dunia 2013 ada serangkaian kegiatan yang dilakukan komunitas GCB. Salah satunya, mengadakan diskusi peduli air bersama  komunitas pelestarian sungai dari sejumlah wilayah di Indonesia. Acara diskusi itu sendiri berlangsung hari ini, 21 Maret 2013 bertempat di gedung sekretariat GCB, Pejompongan, Jakarta.

Dalam sambutannya, ketua GCB, Erna Witoelar mengatakan, acara ini bertujuan untuk menambah pengetahuan berbagai pihak, terkait kondisi air sungai di Indonesia. “Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat, pemerintah, sektor swasta dalam pelestarian air,” ujarnya.

Menurut Erna, kondisi kualitas maupun kuantitas air di Indonesia kini semakin memprihatinkan, pasalnya kuantitas maupun kuantitas air terus memburuk dalam beberapa tahun belakangan.

Berdasarkan hasil survei Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan, kondisi pencemaran air di Indonesia telah meningkat hingga 30 persen. Angka tersebut didapat dari pemantauan terhadap 52 sungai di Tanah Air mulai dari 2006 sampai 2011.

“Bahkan, banyak daerah yang diberitakan mengalami krisis air berkepanjangan. Di mana, masyarakatnya harus rela jalan puluhan kilo hanya untuk mendapatkan air bersih,” ungkapnya.

Erna menyampaikan bahwa permasalahan air di Indonesia sudah sangat kompleks. Untuk itu, kerjasama semua pihak, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat dalam pelestarian air dan revitalisasi sungai sangatlah dibutuhkan. “Itulah mengapa semboyan kami di Hari Air Dunia 2013 ini ialah gotong royong peduli air,” terangnya.

Bukan hanya Erna, pentingnya kerjasama dalam upaya pelestarian air juga diamini oleh Mohammad Satori, Ketua Komunitas Gerakan Masyarakat Cinta Cikapundung (Gemricik).

Menurut pria yang akrab disapa Satori ini, kerjasama memang merupakan langkah jitu yang perlu dikembangkan dalam mengatasi permasalahan air maupun sungai yang ada saat ini.

Dia menerangkan, dalam melestarikan sungai Cikapundung ada sejumlah kerjasama yang telah dijalin Gemricik dengan berbagai pihak. Salah satunya seperti pada program Rencana Pengamanan Air (RPA) yang diprakarsai pemerintah pusat dan didukung oleh Waspola Facility.

“Selain itu, kami juga menjalin kerjasama dengan pihak swasta dalam melakukan revitalisasi bantaran sungai. Di mana, melalui kerjasama ini perbaikan kondisi air maupun lingkungan di kawasan sungai Cikapundung berjalan lebih mudah dan cepat,” ujarnya.

Sementara itu, Krido Suprayitno, Aktivis Komunitas Gajahwong menyampaikan, dengan terjalinnya kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dan masyarakat kini kondisi sungai Gajahwong berangsur membaik.

“Bahkan, dalam 3 tahun belakangan ini kondisi B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) telah berkurang. Hal itu dapat dilihat dari warna air sungai yang berubah dari hitam dan berbau menjadi kecoklatan,” katanya.

Disisi lain, Prigi Arisandi, Aktivis Pelestarian Air Ecoton memaparkan, kualitas sejumlah sungai di Indonesia memang sudah sangat mengkhawatirkan. Sebab, berdasarkan data terakhir pengamatan Ecoton menyatakan ,hampir 84 persen spesies ikan yang ada di sungai di Surabaya mengalami interseksual alias perubahan kelamin.

“Faktor utama terjadinya hal tersebut ialah adanya pencemaran air sungai yang cukup tinggi. Di mana, menumpuknya sampah plastik di sungai ditengarai menjadi penyebab fenomena ini,” paparnya dalam acara diskusi peduli air GCB, Jakarta (21/3).

Menurut Prigi, untuk menanggulangi masalah tersebut, saat ini Ecoton juga telah menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah dan juga sejumlah perusahaan yang terletak di sepanjang aliran sungai Brantas, Surabaya.

“Hasilnya, perubahan kelamin pun mulai menurun dan sejumlah spesies ikan yang tadinya hampir punah juga mulai mampu berkembang biak secara baik kembali,” pungkasnya. Cheerli

Share