KATALA HAMU LINGU BERHIAS MENUJU SANITASI TOTAL KECAMATAN UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN UNIVERSAL ACCESS TAHUN 2019

04 Agustus 2017
Dibaca : 1564 kali

TANTANGAN YANG DIHADAPI

Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka masih menjadi perilaku buruk sanitasi yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur. Adapun masyarakat yang masih merasa nyaman dan aman Buang Air Besar di tempat terbuka seperti, Ladang, Sungai atau Kali, bahkan di pekarangan rumah. Sebagian masyarakat di Kecamatan Katala Hamu Lingu (KAHALI) pun pernah melakukan praktek BABS di tempat terbuka. Namun, pada tanggal 11 November 2015, masyarakat beserta dengan pemerintah di tingkat kecamatan dan desa di KAHALI mendeklarasikan diri bahwa telah Stop Buang Air Besar Sembarangan.

 Angka Diare dan Malaria yang cukup tinggi di Kecamatan KAHALI menyadarkan Puskesmas bahwa mereka tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan dari Pemerintah Kecamatan dan Desa. Kerjasama yang kurang efektif antar Puskesmas dan Kecamatan untuk percepatan program sanitasi disebabkan oleh kuranganya pelibatan pemerintah kecamatan dan desa.

 “Saya perlu mengkritisi apa yang telah dilakukan Puskesmas dalam penerapan program penyehatan lingkungan melalui pemicuan di masyarakat untuk Stop Tai Wewar (Stop Buang Air Besar Sembaranga,red), kurangnya keterlibatan pemerintah kecamatan dan desa menjadi tidak efektifnya tindak lanjut dari hasil pemicuan di lapangan”kata Thomas Peka Rihi, S.Sos di sela-sela pertemuan Rapat Kerja Pamong Praja Tingkat Kecamatan KAHALI.

Adapun semangat dan ketertarikan dari Camat KAHALI terhadap isu Buang Air Besar Sembarangan dikarenakan salah satu kasus kejahatan yang terjadi di wilayah kerjanya. Dimana ada seorang Ibu yang diperkosa di Hutan dikarenakan pergi untuk Buang Air Besar di Hutan. Hal ini menjadi cela bagi pelaku criminal untuk melakukan tindak kejahatan. Selain itu, angka kejadian penyakit Diare dan Malaria yang tinggi di wilayah kerja Puskesmas Kombapari Kecamatan Katala Hamu Lingu menjadi alasan yang kuat bagi pemerintah Kecamatan dan Desa untuk turut serta memberantas perilaku Tai Wewar tersebut.

INOVASI DAN TEROBOSAN KECAMATAN KATALA HAMU LINGU, BEST PRACTICES

Pada awal tahun 2015 Puskesmas Kombapari di Kecamatan KAHALI melakukan kampanye Stop Buang Air Besar Sembarangan melalui kegiatan Pemicuan di tingkat Desa. Adapun tindak lanjut dari kegiatan pemicuan adalah monitoring ketersediaan dan penggunaan jamban yang dilakukan oleh tim monitoring yang dibentuk di tingkat desa. Pada mulanya monitoring ini tidak berjalan dengan baik, hal ini diakui oleh Yohanes Ngala, Amd.kl, Sanitarian di Puskesmas Kombapari. “Kami puskesmas masih kesulitan mengenali masyarakat yang Tai Wewar hal ini dikarenakan tidak adanya keterlibatan dari aparat desa setempat” kata sanitarian teladan tahun 2015 tingkat Kabupaten Sumba Timur.

 

Pada rapat kerja Pamong Praja selanjutnya pada semester pertama Tahun 2015, sanitarian memanfaatkan momentum dimana seluruh stakeholder di tingkat Kecamatan KAHALI bertemu. Sanitarian memaparkan data kepemilikan jamban dan masyarakat yang masih buang air besar sembarangan. Hal ini disambut positif oleh Camat KAHALI dan stakeholder lainnya, seperti Kapolsek dan Koranmil yang menyampaikan akan mendukung penuh Puskesmas untuk memerangi salah satu masalah sanitasi sosial dasar ini.

 

Pada pelaksanaan monitoring berikutnya, atas peran Camat, maka dilibatkanlah Badan Kerjasama Puskesmas Kombapari (BKPUSKOM) di Kecamatan KAHALI. Dimana Camat sebagai pembinanya, memimpin monitoring dan membagi peran masing-masing anggota tim. Hal yang sangat menarik adalah keterlibatan aktif dari TNI dan POLRI di tingkat kecamatan dalam pelaksanaan Monitoring kepemilikan dan penggunaan jamban oleh masyarakat. Bahkan terbesit ide “cukup kontroversi” dari Camat KAHALI yang memerintahkan tim monitoring untuk membawa serta tongkat panjang untuk melakukan pengecekan langsung terpakai atau tidaknya jamban masyarakat. Tim ini dikenal dengan tim “Tusuk WC”. Hal ini terbukti efektif sebagai salah satu metode pemicuan kepada masyarakat untuk terbiasa menggunakan jamban sebagai tempat BAB.

Dalam pelaksanaan monitoring Camat KAHALI beserta dengan BKPUSKOM mengeluarkan beberapa program dan pendekatan strategis untuk memicu “rasa malu” masyarakat yang belum memiliki atau menggunakan jamban. Program “Sayangilah Pantat Istri” adalah salah satunya dimana tujuannya adalah memicu rasa malu dan ketidaknyamanan dari para suami yang merelakan pantat atau bagian yang sangat privasi dari istrinya dilihat oleh tetangga atau masyarakat desa lainnya. “Program ini sangatlah efektif, dimana banyak suami yang mengaku malu kalau saja bagian privasi istri mereka dilihat oleh tetangga, hal ini bisa saja menjadi pendekatan atau strategi yang dapat diterapkan juga oleh Kecamatan lainnya” kata Thomas dalam agenda sharing session pada Rapat Koordinas Pokja AMPL Kabupaten Sumba Timur di Aula Umbu Tipuk Marisi, 01 Maret 2017.

 

 

 

 

 

 

 

 

 





Camat Katala Hamu Lingu, Thomas Peka Rihi, S.Sos, menyampaikan pendekatan unik dan strategis yang sangat membantu dalam pencapaian 100% Akses Sanitasi dan menjadikan Kecamatan Katala Hamu Lingu sebagai Kecamatan Open Defecation Free (ODF) Tahun 2015 pada agenda Sharing Session Rapat Koordinasi Perkembangan Program STBM di Kabupaten Sumba Timur bertempat di Aula Umbu Tipuk Marisi (Rabu/01 Maret 2017)

Selain itu, program inovatif lainnya dari Kecamatan Katala Hamu Lingu adalah pemasangan bendera hitam bergambar tengkorak sebagai sanksi sosial kepada masyarakat yang dirumahnya belum ada jamban. Tidak hanya sampai disitu, bagi aparat desa seperti Kepala Dusun dan Kepala Desa, rumah mereka pun akan dipasang bendera hitam tersebut sebagai pengingat bahwa di Desa/Dusun mereka masih terdapat warga yang belum ada jamban atau Tai Wewar. 

“Pemasangan bendera sebagai sanksi sosial bagi masyarakat yang belum memiliki jamban adalah strategi terobosan yang dikeluarkan oleh Tim Monitoring BKPUSKOM dan Camat KAHALI” ucap Merkurius Djawaray, Ketua BKPUSKOM Kecamatan Katala Hamu Lingu yang juga adalah Tokoh Pemuda di Kecamatan tersebut.













Contoh Bendera Hitam bergambar tengkorak yang terpasang pada rumah yang tidak memiliki jamban di Kecamatan Katala Hamu Lingu pada kegiatan Pameran Peringatan Hari Kemerdekaan Negara Indonesia di Kabupaten Sumba Timur, 17 Agustus 2015.

 

HASIL CAPAIAN DAN INOVASI MONITORING KEBERLANJUTAN ODF

Adapun dampak nyata dari kerjasama lintas sektor serta inovasi dan terobosan program yang dikeluarkan oleh Camat dan Tim Monitoring BKPUSKOM Kecamatan Katala Hamu Lingu. Dalam waktu 4 (empat) Bulan dengan kolaborasi kerja yang baik ini maka KAHALI mencapai 100% akses Sanitasi dan telah diverifikasi oleh POKJA AMPL Kabupaten Sumba Timur sebagai Kecamatan yang telah Bebas Buang Air Besar Sembarangan. Hal ini diakui bahwa perayaan ini merupakan awal dari suatu perubahan perilaku masyarakat di KAHALI, dimana seluruh masyarakat yang hadir dipimpin oleh Kepala Desa dan Tokoh Adat Desa telah menyampaikan komitmen untuk mempertahankan perilaku Buang Air Besar di jamban dan diperkuat dengan Sumpah Adat. Dalam adat budaya Sumba, sumpah adat adalah suatu bentuk janji kepada leluhur yang dipercaya secara adat menjaga alam dan manusia yang tinggal di Pulau Sumba. Apabila masyarakat tidak menjalankan apa yang telah dijanjikan kepada leluhur, sesuai dengan kepercayaan adat bahwa akan mendatangkan musibah kepada orang yang melanggar sumpah tersebut.

Selain itu, kebijakan strategis lainnya yang diambil oleh Camat dalam mendukung keberlanjutan penggunaan jamban dan peningkatan status jamban yaitu dilakukan pelaksanaan monitoring berkala oleh BKPUSKOM dan pemanfaatan Dana Desa oleh seluruh Kepala Desa dalam mendukung peningkatan status jamban keluarga di masyarakat. Hal ini berdampak nyata pada kejadian angka diare dan muntaber yang menurun di Kecamatan KAHALI di tahun 2015.

Terobosan dari BKPUSKOM tidak hanya berhenti sampai pada keberhasilan 100% Akses Sanitasi yang dicapai. Dalam pelaksanaan monitoring keberlanjutan program, BKPUSKOM melakukan inovasi dalam pelaksanaannya. Kartu Sehat Itu Murah, yang selanjutnya disingkat kartu SIM, dibagikan dan disosialisasikan ke tiap-tiap rumah tangga pada saat monitoring oleh BKPUSKOM. Dimana Kartu SIM dianggap sebagai perhargaan bagi keluarga yang telah memiliki jamban dan menggunakannya. Kartu SIM tersebut ditandatangani oleh Ketua BKPUSKOM, Merkurius Djawaray dan mengetahui Camat Katala Hamu Lingu, Thomas Peka Rihi, S.Sos dan ditempelkan pada tembok rumah warga yang telah memanfaatkan jamban mereka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



Ketua BKPUSKOM, Merkurius Djawaray, dalam kunjungannya pada saat monitoring keberlanjutan Desa ODF di salah satu rumah warga yang telah memiliki dan memanfaatkan jamban di Kecamatan Katala Hamu Lingu.

Pada acara Deklarasi Komitmen Desa/Kelurahan menuju Kabupaten Sumba Timur yang Stop Buang Air Besar Sembarangan tahun 2018 di Desa Kuta Kecamatan Kanatang. Kecamatan Katala Hamu Lingu mendapatkan penghargaan oleh Bupati Sumba Timur, sebagai satu-satunya kecamatan di Kabupaten Sumba Timur yang telah mencapai 100% Akses Sanitasi dan telah deklarasi sebagai Kecamatan ODF. Adapun komitmen lanjutan dari Pemerintah Kecamatan untuk menerapkan perilaku hygiene lainnya, yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Camat Katala Hamu Lingu (kanan), Thomas Peka Rihi, S.Sos, menerima Piagam Penghargaan sebagai Kecamatan ODF dari Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora, M.Si, pada acara Deklarasi Komitmen Desa/Kelurahan menuju Kabupaten Sumba Timur yang Stop Buang Air Besar Sembarangan tahun 2018 di Desa Kuta Kecamatan Kanatang (Jumat/12/05/2017).

Waingapu,  Juni 2017

Ditulis oleh Victor Pati Mangu, FK Sumba Timur

Share