Menabung Sampah, Mendapat Uang

14 Mei 2013
Dibaca : 2471 kali

Bangunan kecil itu tampak sederhana. Berwarna oranye, ukurannya 1,5 x 2,5 meter. Lantainya tanah. Separuh dindingnya terbuat dari papan, sebagian lainnya berupa kawat yang membentuk kotak-kotak kecil. Sekilas mirip gudang. Sebuah tulisan menempel di dindingnya, “Dulu Sampah, Sekarang Berkah”. Di dalamnya sampah bertumpuk. Ada botol plastik bekas, kardus, dan lainnya.

Terletak di dalam kompleks meunasah Gampông Ateuk Pahlawan, Banda Aceh, bangunan kecil itu adalah sebuah bank. Jangan membayangkan ini seperti bank umum penampung uang yang full AC. Bank ini menampung sampah. Itu sebabnya, disebut bank sampah. Bank itu bernama Gema Maju Bersama.

Pengelola Bank Sampah Gema Maju Bersama, Saidi, mengatakan bank sampah dibentuk oleh masyarakat pada Agustus 2012 melalui program Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh.

Dia mengatakan, sejak dibentuknya bank sampah itu sudah tidak ada lagi sampah yang berserakan, terutama sampah anorganik seperti botol minuman plastik, dan juga kardus. Bank sampah, kata dia, hanya menampung sampah anorganik atau yang tidak bisa diuraikan, sedangkan sampah organik tidak ditampung karena bisa diolah menjadi kompos oleh masyarakat.

Menurut Saidi, prinsip kerja bank sampah sama seperti bank keuangan. Nasabah adalah masyarakat yang membawa sampah ke sana. Sampah akan ditimbang dan ditetapkan harganya. Hasil penjualannya tidak berupa uang tunai, melainkan dicatat sebagai tabungan nasabah.

Sampah yang sudah terkumpul tersebut akan dijual kepada agen barang bekas atau Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh. “Uang hasil penjualan akan diberikan kepada nasabah,” kata Saidi kepada The Atjeh Times, Rabu, 10 April 2013.

Saat ini, kata dia, ada 40 nasabah bank sampah yang dikelolanya. Yang menarik, nasabah itu adalah anak-anak sekolah dasar yang berada di pemukiman itu. Orang dewasa belum ada yang menjadi nasabah. Kata Saidi, mereka hanya mengarahkan anak-anak mereka untuk menjadi bank sampah.

Saidi mengatakan bank sampah buka setiap hari Minggu, mulai dari pukul 8.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pada hari libur itu, anak-anak akan datang ke tempat tersebut, membawa sampah-sampah yang telah mereka kumpulkan.

***

Cut Asiah, salah seorang ibu rumah tangga di Ateuk Pahlawan sangat berterima kasih dengan adanya bank sampah yang dibentuk Pemerintah Kota Banda Aceh itu. Bank sampah, kata dia, telah membantu lingkungan masyarakat terbebas dari sampah.

Bukan hanya itu, dia mengaku bank sampah juga telah mengurangi pengeluaran keuangan dalam rumah tangganya. Karena dengan bank sampah, kata Asiah, jajan anaknya yang masih berusia 8 tahun tidak bergantung kepada dirinya lagi.

“Pernah sekali, anak saya yang nabung di bank sampah, pas dia lihat tabungannya sudah mencapai sembilan ribu. Senangnya dia minta ampun,” cerita Asiah kepada The Atjeh Times.

Kepala Seksi Pengelolaan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh, Mirza, ketika awal mula dibentuk di Gampông Ateuk Pahlawan, bank itu langsung mendapat sambutan positif.

“Masyarakat sangat senang ketika kita bilang bank sampah akan kita bentuk,” kata Mirza kepada The Atjeh Times, Rabu pekan lalu.

Dia mengatakan, bank sampah Atuek Pahlawan merupakan yang pertama di Banda Aceh, juga di Aceh. Tujuan pembentukannya, kata Mirza, selain mengajak masyarakat sadar kebersihan lingkungan, juga untuk membantu perekonomian masyarakat.

Sampah yang telah dikumpulkan, kata dia, bisa dijual kepada penampung barang rongsokan. “Selain itu, kita juga beli Rp3000 per kilo. Lalu kita olah menggunakan mesin milik dinas yang berada di Pante Riek,” katanya.

Dia mengatakan, sampah itu juga akan dijual lagi ke Medan, Sumatera Utara. Uang dari hasil penjualan itu lalu dibayarkan kepada nasabah.

Dia mengatakan bank sampah hanya dibuka pada hari Minggu karena volume sampah plastik yang dihadirkan masih sedikit. Selain itu, Dinas Kebersihan juga tak cukup duit untuk membayar honor pengelola atau penjaga bank sampah itu.

Dia mengatakan jika ada warga di luar Gampông Atuek Pahlawan yang ingin membawa sampah ke tempat tersebut juga bisa. Bagi siapa saja yang membawa sampah, kata dia, namanya akan didata dan dimasukkan dalam daftar nasabah dan diberikan buku tabungan.

Mirza menceritakan, program bank sampah ini lahir pada masa pemerintahan Wali Kota Mawardy Nurdin dan Wakil Wali Kota Illiza Sa’aduddin Djamal. Program itu sendiri, kata dia, untuk mendukung visi mewujudkan Kota Banda Aceh sebagai kota madani. “Dan untuk menciptakan Banda Aceh yang bebas sampah, sehingga bisa memperoleh adipura,” kata Mirza.

Selain di Ateuk Pahlawan, bank sampah juga akan didirikan di seluruh Kota Banda Aceh. Pada 5 April lalu, sebuah bank sampah kembali hadir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampông Jawa.

Kehadiran bank sampah, kata Mirza, juga akan diterapkan di berbagai sekolah. Dia mencontohkan, saat ini di SD Negeri 20 Banda Aceh di Kampung Mulia juga sudah terbentuk bank sampah kelas.

“Selain mengajak orang dewasa peduli lingkungan, juga mengajarkan anak-anak untuk peduli sampah,” kata Mirza.

(sumber berita Atcjehpost, 8 Mei 2013)

 

Share