Pamsimas di Jorong Limau Menuai Kesuksesan

07 Februari 2013
Dibaca : 2341 kali

Pesisir Selatan. Program Pamsimas di Jorong Limau berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Buktinya, keberadaan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat ini telah mampu merubah prilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di wilayah tersebut. 

Jorong Limau Manis Kulam, begitulah nama lengkap desa yang terletak di Nagari Kambang, Kecamatan Lengayang, Sumatera Barat ini. Pada 2012, Jorong Limau termasuk salah satu desa terbaik binaan Pamsimas. 

Pasalnya, belum genap 1 tahun dari masuknya program Pamsimas, Jorong Limau telah berhasil melakukan deklarasi Stop Buang Air Besar Sembangan (BABS) pada November 2012. Sebelum program Pamsimas masuk, sebagian besar masyarakat di Jorong Limau masih memiliki kebiasaan buang air besar secara terbuka, seperti di sungai, kebun, maupun solokan. Tetapi, setelah program Pamsimas ada, secara perlahan kebiasan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pun perlahan menghilang dan terhapus.

Beralihnya kebiasaan baik ini bisa terwujud berkat adanya pendekatan CLTS melalui pemicuan perubahan prilaku yang secara rutin diberikan kepada seluruh pihak yang ada di Jorong Limau.

Mulai dari warga, tokoh masyarakat, kepala adat, aparat nagari, sanitarian puskesmas, bidan desa, TFM/DMAC LKM, Satlak, hingga kelompok natural leader.

Bahkan, untuk memastikan pemicuan Stop BABS dapat terlaksana dengan baik, dibentuk pula Tim Komite CLTS yang diketuai langsung kepala jorong yang bertugas secara rutin memonitoring perkembangan perubahan perilaku masyarakat, terutama masalah BAB dari rumah ke rumah, sampai seluruh masyarakat terpicu dan timbul kesadarannya untuk membangun jamban sendiri. Selain itu, Tim Komite CLTS  juga bertugas  membantu pelaksanaan secara teknis dalam pembuatan bow dan jamban.

Pada awalnya masyarakat sangat sulit untuk membuat jamban, karena kondisi ekonomi masyarakat yang masih rendah. Berangkat dari hal tersebut, muncul kesepakatan dari Tim Komite CLTS untuk menjalankan kegiatan arisan jamban secara berkelompok.

Adapun cara yang dipakai ialah LKM/Satlak membantu membuatkan kloset leher angsa, dengan cetakan bowl yang dipinjamkan oleh Puskesmas Koto Baru. Alat itu sendiri merupakan salah satu dukungan dari Program Pamsimas Kementerian Kesehatan yang didistribusikan ke Puskesmas lokasi Pamsimas. Kemudian, kloset yang telah dicetak dimanfaatkan dan dipergunakan langsung oleh masyarakat untuk membuat jamban.

Total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat sampai jambannya selesai ialah  senilai Rp 200 ribu. Dalam pembuatan jamban, masyarakat langsung dibantu secara swadaya dengan sistem arisan melalui dampingan Tim Komite CLTS, LKM/Satlak, kepala jorong, serta TFM/Sanitarian  yang  membantu dalam memfasilitasi percepatan pencapaian Stop BABS.

Proses pendekatan melalui metode  CLTS yang diterapkan di Jorong Limau  ini  ternyata berjalan cukup baik dan cepat. Faktanya, hanya dalam jangka waktu 3 bulan, seluruh kepala keluarga di Jorong Limau telah terbebas dari buang air besar sembarangan.

Bukan hanya karena program CLTS, perubahan prilaku hidup bersih dan sehat ini juga berhasil karena adanya dukungan semua pihak yang ada di desa tersebut. Baik dukungan yang berasal dari pemerintah daerah, tokoh masyarakat, maupun dari semangat perubahan prilaku hidup bersih dan sehat yang datang dari seluruh masyarakat desa Jorong Limau.

Selain itu, kegiatan kesehatan yang ada dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM) juga sangat membantu percepatan masyarakat untuk Stop BABS. Adapun upaya yang dilakukan ialah dengan memberikan pemicuan, pelatihan atau demo pembuatan kloset, serta penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Salah satunya seperti pemicuan prilaku hidup bersih dan sehat terhadap siswa di SDN 49 Limau Manis Kulam. Endang Sri Rejeki/Cheerli

Share