Pembangunan Air Minum dan Sanitasi Perlu Ditingkatkan
Rakornas Pokja AMPL

20 Agustus 2013
Dibaca : 1612 kali


Sepanjang lima tahun terakhir ini upaya pemerintah pusat maupun daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi semakin meningkat.

Munculnya sejumlah progam andalan seperti Pamsimas, PPSP, STBM, dan Sanimas menjadi bukti kian gencarnya langkah pemerintah untuk  meningkatkan layanan air minum dan sanitasi di Indonesia yang memang belum berjalan maksimal.

Dalam sambutannya, Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Nugroho Tri Utomo, yang juga selaku ketua I Pokja AMPL Nasional menyatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga akhir 2012, baru sebesar 41,18% penduduk yang mendapat akses air minum aman. Selanjutnya, dia menambahkan , namun berdasarkan data yang sama proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap layanan perpipaan sudah mencapai angka sebesar 55,04% di tahun 2011.

Kondisi ini tentunya harus ditingkatkan, sebab berdasarkan target MDGs 2015, setidaknya  68,8% penduduk harus sudah mendapat akses air minum aman dan sebesar 62,41% penduduk dapat mengakses layanan sanitasi layak.

Kendati demikian, Nugroho mengungkapkan, pemerintah terus optimis untuk mencapai target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 terkait akses air minum aman dan sanitasi layak. "Pada 2013 ini diharapkan sudah bisa tercapai sebanyak 60%, sehingga pada 2014 mendatang semua target terkait air minum dan sanitasi dapat tercapai," ujar Nugroho pada sesi talkhow yang bertajuk "Sinergi dan Keberlanjutan Pembangunan AMPL di Daerah" yang bertempat di ruang Pegangsaan, Hotel Aston Marina, Jakarta.

Menurutnya, dengan semua kondisi pembangunan sektor air minum dan sanitasi yang belum berjalan maksimal masih diperlukan banyak upaya perbaikan yang lebih gencar lagi, sehingga kondisi air minum dan sanitasi di Indonesia semakin membaik kedepannya.

Sementara itu, Danny Sutjiono, Direktur Pengembangan Air Minum, Kementerian Pekerjaan Umum menuturkan bahwa data capaian air minum terakhir menunjukkan bahwa masih ada perbedaan yang cukup signifikan antara capaian air minum di perdesaan dan perkotaan. "Hingga 2011 capaian air minum di perdesaan sudah mencapai 57,87%, sedangkan di perkotaan baru mencapai 52,16%," ungkapnya.  Berangkat dari hal tersebut, Danny mengharapkan, Rakornas ini dapat meningkatkan sinergi antara pusat dan daerah, terutama terkait semua program pembangunan AMPL yang memang telah berjalan.

"Selain itu, melalui rakornas ini diharapkan Pokja AMPL provinsi dapat memiliki peran yang lebih aktif lagi dalam meningkatkan akses air minum di daerahnya, terutama melalui pelaksanaan sinergi program-program AMPL dan juga pendampingan provinsi ke Kabupaten/Kota dengan tujuan untuk membina dan mensupervisi Kabupaten/Kota," ungkapnya.

Danny menambahkan, penguatan sinergi antara pusat dan daerah ini semata-mata bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air minum aman." Terlebih, seperti yang kita ketahui air minum merupakan hak dasar masyarakat yang harus terpenuhi," katanya dalam acara talkshow yang merupakan rangkaian dari Rakornas Pokja AMPL Provinsi, Jakarta (20/8).

Sedangkan, Kasubdit Penataan Ruang Kawasan, Dit. FPRLH, Ditjen Bina Bangda, Kementerian Dalam Negeri, Wahyu Suharto menyampaikan bahwa hingga kini alokasi dana terkait pembangunan dan air minum baik di pusat maupun daerah masih jauh dari kata ideal. 

"Kondisi ini tentunya tidak diharapkan, sebab minimnya alokasi dana pembangunan AMPL juga menjadi salah satu penyebab belum optimalnya kondisi air minum dan sanitasi di negeri ini," tuturnya.

Saat ini dengan seluruh intervensi yang ada   daerah telah mengangarkan hingga 2% dari  Anggaran Pembangunan Belanja Daerah (APBD) untuk sektor AMPL. Diharapkan kedepannya sektor AMPL bisa lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah.

"Bila hal ini bisa dilakukan kedepannya pembangunan sanitasi dan air minum di Indonesia pati dapat berjalan optimal, sehingga target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 dapat dicapai dengan baik dan maksimal," pungkasnya. Cheerli

Share