Sri Mulyani,.......Cinta Sang Guru Pada Sampah

15 Mei 2013
Dibaca : 2106 kali


(Suara Merdeka)
- Berawal dari kprihatinan terhadap masyarakat mengelola sampah, terutama sampah plastik yang berdampak buruk pada lingkungan, membuat Sri Mulyani SPd (36) berinisiatif memanfaatkan sampah dengan mendirikan bank sampah. Cita-citanya itu terwujud 10  Maret 2013 dan diberi nama Bank Sampah Mulya Sejahtera (BSMS).

 

Konsep manajemen bank sampah yang ia terapkan pada dasarnya hampir sama dengan konsep perbankan. Bedanya, yang ditabung bukanlah uang melainkan sampah. Setiap warga yang mengumpulkan sampah pun disebut sebagai  nasabah. Masing-masing dari mereka mengantongi buku tabungan sebagai bukti transaksi. “Sampah yang disetorkan warga akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang sesuai jenis sampah yang mereka kumpulkan, setelah itu dicatat dalam buku tabungan”, terang Pengurus aktif Kelompok Wanita Tani Mulya Sejahtera, Desa Plalangan Krajan, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Awalnya jumlah nasabah BSMS hanya 30 orang. Mereka adalah warga di RT tempat dia bermukim. Namun kini jumlah nasabah telah mencapai 150 orang lebih, baik dari masyarakat maupun instansi.

 

Bekerjasama dengan pihak bank sampah Semarang dan pengepul besar, ibu dari empat anak ini tak begitu mengalami kesulitan untuk mencari nasabah dan mengelola sampah yang mereka setorkan. Transaksi sampah unit masyarakat itu terjadwal tiap hari Minggu mulai pukul 07.00 hingga 09.00. Tiap minggunya omset yang didapat daro hasil pengumpulan sampah warga satu RT saja bisa mencapai Rp. 500.000. suatu jumlah yang lumayan untuk bisnis semacam ini.

 

Keberhasilan itu sejalan dengan motto bank sampah yang ia dirikan. Yakni “Dulu Sampah Sekarang Berkah”, dan “Sampah Membuat Sejahtera” (SMS).

 

Ia yang akrab disapa Yani ini mengaku melalui prinsip 3R (reduce=mengurangi, recycle=mengolah, reuse=memanfaatkan), ingin membuktikan kalau sampah bisa menjadi berkah dan menyesejahterkan masyarakat. Yani menambahkan ada sekitar 70 jenis sampah anorganik yang masih layak jual dan bisa didaur ulang. Contohnya seperti sampah plastik shampo, botol minum, plastik kemasan makanan dan lain-lain.

 

SEMPAT DITENTANG

 

Dia ceriterakan pada awalnya banyak orang yang merespon upayanya mendirikan bank sampah, bahkan sebagian menentang. Pasalnya, banyak yang tak tahu konsep bank sampah yang ia tawarkan. Tak lantas gamang dan berhenti, wanita yang memiliki motto hidup “melangkah pasti disaat orang lain ragu melangkah” ini tetap keukeuh memperjuangkan inisiasinya hingga meraih sukses seperti sekarang ini. Bahkan tak hanya menerapkan konsep bank sampah di area masyarakat saja, iapun berusaha menerapkan di sekolah tempat ia mengajar. Tiap Sabtu pukul 12.00 hingga 14.00 seluruh siswa dan guru SMA I Ungaran, terutama para siswa diajak mengumpulkan sampah-sampah anorganik untuk mereka tabung di bank sampah. Lantas uang yang mereka peroleh dari hasil nenjual sampah, biasanya akan digunakan untuk membantu menambah biaya pelaksanaan acara siswa di sekolah. “Dengan diterapkannya bank sampah di sekolah, siswa jadi terdidik untuk tidak membuang sampah sembarangan dan peduli pada lingkungannya. Selain itu juga untuk mengajarkan mereka kalau sampah yang kerap dianggap tak berguna ternyata masih memiliki nilai jual yang lumayan, apalagi kalau bisa mendaur ulangnya”.

 

Tak hanya fokus mengurus sampah, isteri dari Subagiyo itu juga menekuni pengolahan pangan. Lewat “Kantong Sayur Mayur Sehat” (SMS), ia mengajak ibu-ibu yang ada di sekitar rumahnya untuk menanam sayur sendiri dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada ataupun dengan medium polybag.”Kalau punya sayur di kebun sendiri, para ibu tak perlu lagi membeli sayur. Keluarga tetap bisa mengonsumsi sayur sebagai kebutuhan gizi mereka. Uang yang seharusnya digunakan untuk membeli sayuran bisa ditabung di kantong SMS untuk biaya sekolah anak”, terang wanita kelahiran Semarang ini.

 

Prinsip efektif dan efisien memang begitu diterapkan dalam program-program yang ia buat. Berkat usahanya tersebut Yani sukses menjadikan kampungnya sebagai model kawasan rumah pangan lestari. Selain itu, impiannya untuk mewujudkan Desa Sampah Membuat Sejatera (SMS) melalui bank sampah dan sayur mayur sehat, melalui Kantong SMS membuat beberapa penghargaan bergensi berhasil ia raih. Diantaranya Wanita Tani Mulya Sejahtera juara II, Stan terbaik Gelar Pangan Lokal Berbasis Sumber Daya Wilayah dari Badan Ketahanan Pangan Jateng (92).

 

Dikutib dari Cinta Sang Guru pada Sampah, tulisan Ike Purwaningsih.

Suara Merdeka Semarang, tanggal 5 Mei 2013, halaman 18.

Disalin oleh FX Sudardjo.

Foto koleksi Pokja AMPL

Share