Pengusaha Sanitasi, Solusi untuk Kurangi Jumlah Orang BAB Sembarangan
21 Maret 2013
Dibaca : 1297 kali
Subang, 63 juta penduduk Indonesia masih buang air
besar (BAB) sembarangan. Praktik ini tak hanya berdampak pada kesehatan
tetapi juga ekonomi. Untuk mengurangi jumlah tersebut, Bank Dunia pun
membina pengusaha-pengusaha sanitasi.
Pengusaha atau wirausaha
sanitasi binaan WSP (World Bank's Water and Sanitation Program) adalah
pengusaha sanitasi lokal dengan model bisnis layanan sanitasi satu atap,
mengerjakan konstruksi jamban sehat dan aman, serta menawarkan skema
cicilan pembiayaan jamban.
Pelatihan, fasilitasi, dan pembinaan
wirausaha sanitasi lokal saat ini dilakukan WSP di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Salah satu yang telah
dilatih dan langsung terjun ke masyarakat adalah Warga (48 tahun),
pengusaha sanitasi asal Desa Ponggang, Subang, Jawa Barat.
Warga
atau yang juga dikenal dengan nama Edo, mengatakan bahwa masih banyak
warga di desanya yang melakukan praktik BAB sembarangan, baik di kebun
atau sungai. Hanya beberapa rumah yang memiliki jamban sendiri.
Akibatnya, kotoran-kotoran manusia mencemari badan air, sungai dan
tanah. Kasus diare pun banyak terjadi.
"Pertama ikut pelatihan
wirausaha WSP di Jombang, Jatim, 29 April sampai 3 Mei 2012. 16 Juni
2012 sudah mulai bikin jamban. Alhamdulillah sekarang sudah bikin 105
jamban," tutur Warga, saat ditemui di kediamannya di Desa Ponggang,
Serangpanjang, dalam rangka kunjungan 'Hari Air Sedunia 2013', Subang,
Jawa Barat, Senin (20/3/2013).
Warga yang dulunya bekerja sebagai
petani pun kini beralih profesi menjadi seorang pengusaha sanitasi. Tak
tanggung-tanggung, penghasilannya naik hingga 50 persen.
Jamban
yang dibuat Warga adalah jamban sehat dan aman. Ia melayani sanitasi
satu atap, artinya konsumen hanya tinggal memesan kemudian semua bahan
material hingga pengerjaan dilakukan oleh tim dari Warga. Konsumen tak
perlu repot-repot ke kota untuk mencari material dan mencari tukang
sendiri, karena semuanya sudah ditangani oleh tim Warga.
Warga
hanya butuh sehari untuk membuat satu jamban, lengkap dengan pemasangan
toilet dan septic tank. Selain lebih cepat, jamban buatan Warga pun
lebih murah.
"Kalau bikin lubang sendiri, itu pakai bata kotak.
Bisa habis 2-3 juta. Pakai SMP (Sanitasi Masyarakat Ponggang) hanya Rp
600 ribu sampai Rp 1,150 juta. Karena kebanyakan yang belum punya jamban
adalah masyarakat miskin, jadi ada juga yang bayarnya nyicil, dulu saya
kasih sampai 10 bulan, sekarang 3 bulan,"jelas Warga.
Berkat
usaha Warga, kini sebagian besar penduduk Desa Ponggang sudah memiliki
jamban sendiri dan tak lagi BAB sembarangan. Kasus pencemaran dan dampak
kesehatan pun mulai berkurang. Ada empat paket jamban yang ditawarkan,
tipe yang paling umum mencakup:
1. 1 kloset leher angsa keramik
2. Lubang penampung sedalam 1,5 meter
3. Lubang resapan sedalam 0,5 meter dengan diameter 80 centimeter
4. Dibuat dengan konstruksi semen cor menggunakan cetakan fiberglass
5. Dicor langsung di lokasi
6. Konsumen terima jadi termasuk jasa konstruksi plus mencakup biaya bunga cicilan.
(mer/vit)
sumber : Detikhealth