Peringati Hari Toilet Sedunia, Bayangkan Indonesia tanpa Kakus

20 November 2012
Dibaca : 1157 kali


Publik kembali dihentak untuk memikirkan betapa pentingnya keberadaan toilet  dan sanitasi yang layak bagi seluruh warga dunia. Pasalnya, hingga kini sekitar 2,5 miliar orang atau 40 persen penduduk dunia tidak memiliki akses pada fasilitas sanitasi dan toilet yang layak.

“Bayangkan kalau tidak ada kakus atau toilet di rumah, sekolah, gedung pemerintahan, mall dan tempat umum, di kota maupun di desa. Bayangkan kekacauan yang akan terjadi, bayangkan penyakit yang akan menyerang,”tutur Naning Adiwoso, Ketua Asosiasi Toilet Indonesia, dalam diskusi Media Gathering World Toilet Day 2012: Bayangkan Indonesia Tanpa Kakus, Senin (19/11) di Senayan City, Jakarta.

Sedangkan, Nugroho Tri Utomo (Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas), dalam peringatan Hari Toilet Sedunia yang dicanangkan PBB setiap 19 November sejak 2001 tersebut, menyatakan membangun sanitasi mempunyai efek luar biasa pada kesehatan, pendidikan dan produktivitas.

Studi WHO memperkirakan bahwa kondisi dan prilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas air minum dapat menurunkan kasus diare hingga 94 persen. “Artinya, jumlah hari tidak masuk sekolah bisa berkurang, jumlah hari produktif dapat meningkat, berarti tambahan untuk meningkatkan kecerdasan dan pendapatan juga,” tandasnya.

Acara ini dihadiri pula Sjukrul Amien (Direktur PPLP PU); Nur Mahmudi Ismail (Walikota Depok, Jawa Barat); Haikel Fahim (Manajer Komunikasi dan Advokasi World Toilet Organization); Nur Wahid (Humas Paguyuban Pengusaha Sanitasi Grobogan) dan sejumlah wartawan.

Sehari sebelumnya, Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Nasional menggelar aksi happening art maskot jamban di acara Car Free Day, Jakarta. Pengunjung  yang hadir pada acara tersebut terkesan dan berebut foto bersama dengan sejumlah maskot  yang berjalan di sekitar Bundaran HI.

“Kami ingin mengajak publik untuk berhenti sejenak dan tertarik memikirkan toilet, juga isu sanitasi secara umum, yang biasanya hanya dianggap masalah belakang,” jelas Maraita Listyasari, Pelaksana Harian Pokja AMPL Nasional.[Joy]

 

Share