Indonesia Rugi Rp56 Triliun akibat Air Minum Dan Sanitasi Buruk

30 Oktober 2013
Dibaca : 1441 kali

Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia menderita kerugian Rp56 triliun per tahun akibat buruknya kondisi air minum dan sanitasi.
Angka tersebut setara dengan 2,3% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), setara 25% anggaran pendidikan nasional per tahun dan setara dengan biaya untuk menyediakan 12 juta hingga 15 juta toilet layak.

Data dari Water Sanitation Programme (WSP) World Bank pada 2008 menunjukkan sanitasi yang buruk menyebabkan kerugian sebesar Rp1,4 Triliun di sektor pariwisata dan Rp 29 Triliun di sektor kesehatan. Sanitasi yang buruk juga menyebabkan diare dan gizi buruk pada anak.

Disebutkan, sebanyak 1,4 juta anak meninggal akibat diare yang diakibatkan buruknya sanitasi dan air minum.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono mengatakan pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyediakan air minum dan sanitasi bagi masyarakat. Hal itu wajib dicapai demi kondisi kesehatan masyarakat, termasuk juga untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan daya saing masyarakat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pekerjaan Umum 2013, penduduk yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi layak baru mencapai 57,35% dari 62,41% yang ditargetkan. "Hal ini berarti dibutuhkan penambahan layanan sanitasi 18 juta jiwa," kata Menko Kesra, Selasa (29/10).

Sementara itu, penyediaan pelayanan air minum baru mencapai 58,05% dari target 68,87%. Masih terdapat selisih 33 juta jiwa agar target tersebut terpenuhi.

Terkait hal tersebut, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Dedy Supriadi Priatna mengatakan pengelolaan air limbah atau sewerage di Indonesia baru 1% dan merupakan yang terendah di Asia Tenggara.

Padahal, pengelolaan air limbah di Singapura sudah mencapai 100% dan Malaysia 95%. Sedangkan Vietnam yang baru merdeka pengelolaan air limbahnya sudah mencapai 65%. (Vera Erwaty Ismainy)


Editor: Patna Budi Utami

sumber

Share