Article - Berita -
Belajar Jauhi Banjir dari Surabaya
Belajar Jauhi Banjir dari Surabaya18 Desember 2014 Pengelolaan sistem drainase yang dimiliki Surabaya saat ini sudah memiliki dasar yang baik dengan adanya master plan drainase. “Setiap pembangunan yang akan dilakukan harus saling terkait dengan sektor lain. Contohnya dalam pembangunan saluran box culvert, maka di atas jalur pemasangan box culvert perlu dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas umum yang lain, seperti jalan raya atau pedestrian” kata Ganjar Siswo Pramono, Kabid Perancangan dan Pemanfaatan Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya. Sebagai sarana pengendali banjir, terdapat banyak saluran di Surabaya, seperti saluran primer, sekunder dan tersier. Selain itu terdapat pula sungai utama yang membelah kota seperti Kali Surabaya dan Kali Wonokromo. Secara geografis letak kota Surabaya terletak di hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang cukup luas, sehingga berpotensi mendapat kiriman banjir dari wilayah hulu.
Pada saat pertama dibentuk tahun 2011, anggota Satgas Pematusan adalah sebanyak 60 orang. Kini, setelah hasil pekerjaannya dianggap efektif jumlahnya terus bertambah setiap tahun. “Tahun 2014 jumlah personilnya sudah 450 orang yang dibagi dalam 5 rayon” ujar Syamsul Hariadi, Kabid Pematusan Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya.
Syamsul menambahkan,”Dalam pelaksanaan, program kegiatan selalu dipantau langsung oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. “Ibu bisa menghubungi kita kapanpun dengan menggunakan HT. Satgas Pematusan sangat diandalkan oleh Pemkot Surabaya dan warga Surabaya, karena selain melaksanakan pemeliharaan saluran secara rutin mereka juga mau jika diminta warga untuk membantu kegiatan membersihkan saluran drainase di lingkungan warga.” jelas Syamsul. Bozem-bozem dibuat untuk membantu menampung sementara debit air yang berlebih jika turun hujan. Selain bozem yang ukurannya besar, dibuat juga mini bozem di daerah terbuka/umum atau lingkungan perumahan penduduk. Ada 5 bozem besar yang dimiliki Surabaya antara lain Bozem Morokrembangan, Bozem Wonorejo, Bozem Kalidami, Bozem Bratang dan Bozem Kedurus.
Kota Surabaya sudah melakukan koordinasi dan pembentukan jaringan kerja dengan instansi baik horizontal maupun vertikal, dan lembaga non pemerintah. Adanya kepedulian warga dalam menjaga kebersihan lingkungan juga memberikan kontribusi positif bagi penanganan banjir. Saat ini kepedulian masyarakat Surabaya terhadap kebersihan lingkungan dan kebersihan sistem drainase di sekitarnya dirasa sangat solid. Ini terlihat dari seringnya kegiatan kerja bakti antara warga, kelurahan, kecamatan yang juga dibantu oleh personil Satgas Pematusan. Harapannya, contoh positif dari Kota Surabaya ini dapat diaplikasikan di daerah lain, sehingga bisa jauh dari banjir saat musim hujan tiba. (MCH)
Artikel Terkait |