MEDIA MONITORING : JANUARI 2013
Banjir Ibukota yang Menjadi Fenomena

18 Februari 2013
Dibaca : 4643 kali

TREN PEMBERITAAN JANUARI

Seperti yang terlihat pada gambar, berita mengenai drainase lingkungan mendominasi pemberitaan  6 media yang dimonitoring selama bulan Januari 2013. Apa yang menyebabkan isu ini begitu diminati oleh media? Ternyata di dalamnya ada topik banjir. Ya, banjir adalah persoalan drainase, dan sejak memasuki musim penghujan, topik banjir memang menjadi sorotan utama media. Bukan hanya di bulan Januari saja topik ini mendominasi, tapi selama 4 bulan berturut-turut, tepatnya sejak bulan Oktober 2012.

Gambar I : Proporsi pemberitaan isu AMPL di 6 media online terdepan: detik.com, kompas.com, antara.com, vivanews, okezone.com, dan inilah.com. Di setiap media, pemberitaan isu drainase terlihat mendominasi isu-isu AMPL lainnya. Monitoring dilakukan mulai tanggal 1 - 31 Januari 2013.

Peristiwa banjir pada beberapa dekade belakangan ini seperti telah menjadi fenomena rutin. Masyarakat akhirnya terpaksa mahfum bahwa ketika musim hujan tiba, banjir bisa terjadi setiap saat. Meski bukan lagi hal aneh, topik ini tetap menarik perhatian media. Selama Januari, total terdapat 1834 berita banjir yang berasal dari 6 media online, meningkat drastis dibandingkan bulan Desember yang berjumlah 722 berita. Bahkan ketika hanya menjumlah 3 media teratas yang terbanyak memberitakan banjir (detik.com, kompas.com, dan antara.com), hasilnya adalah 1153 berita, masih lebih banyak dibandingkan total berita banjir bulan lalu.

Peningkatan drastis tersebut tak ayal karena peristiwa banjir DKI Jakarta yang cukup fenomenal. Menuju pertengahan Januari, intensitas hujan di Jakarta semakin tinggi. Beberapa wilayah yang permukaan tanahnya rendah, seperti Kampung Melayu, Cawang, Cililitan, sudah menjadi ‘langganan’ banjir. Tetapi kali ini tidak hanya sampai situ, tanggal 16 malam hujan deras mengguyur daerah Jabodetabek secara non-stop hingga tanggal 17 siang, saat itulah banjir fenomenal tidak terelakkan.

Seakan mengulang peristiwa tahun 2007, sebagian besar wilayah Jakarta lumpuh terendam banjir. Sejumlah ruas jalan utama seperti misalnya Jl MH. Thamrin dan sekitar Bundaran Hotel Indonesia tergenang hingga 70cm. Busway dan berbagai transportasi umum lain terpaksa berhenti beroperasi, termasuk kereta commuter yang relnya tidak terlihat lagi karena tertutup air. Bahkan dalam salah satu dokumentasi foto, terlihat jalur rel Stasiun Sudirman, yang kebetulan letaknya berada di sisi bawah jalan, sudah seperti waduk yang dialiri air sangat deras dari jalanan atas.  Istana Negara pun tidak terkecuali, ikut terendam banjir juga.

Kami memonitoring intensitas pemberitaan banjir yang ada pada 6 media online terdepan (detik.com, kompas.com, antara.com, vivanews, okezone.com, dan inilah.com). Grafik di bawah adalah hasil dari pantauan yang dilakukan setiap hari, terhitung dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 31 Januari 2013. Terlihat memang, pemberitaan banjir mengalami peningkatan mulai tanggal 15 Januari dan puncaknya pada tanggal 17 Januari 2013 ketika banjir ibukota terjadi. Karena sifat dari media online yang sangat cepat dalam menginformasikan setiap kejadian baru, maka jumlah berita banjir, khususnya tentang banjir ibukota, langsung meningkat drastis pada hari itu juga di berbagai media online.

Gambar II : Grafik tren pemberitaan topik banjir pada 6 media online (detik.com, kompas.com, antara.com) yang terekam mulai tanggal 1 Januari hingga 31 Januari 2013


PROPORSI NARASUMBER 

Pada kesempatan ini, kami ingin mengamati jenis narasumber yang biasa digunakan media. Untuk itu diambil tiga media online teratas yang paling banyak memuat berita banjir selama bulan Januari ini, yakni detik.com, kompas.com, dan antara.com. Dari berbagai kutipan wawancara, ternyata birokrat adalah kalangan yang paling banyak dijadikan sebagai narasumber. Ditemukan sebanyak 48% kutipan pernyataan yang berasal dari kalangan birokrat. Tempat kedua adalah masyarakat umum sebanyak 31%. Selebihnya adalah politisi, intelektual, LSM, polisi, swasta, dan seniman (info lengkap dapat melihat gambar).  

Salah satu pejabat birokrat yang paling sering dikutip komentarnya adalah Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Seperti salah satu perkataan tegas yang ia sampaikan untuk menanggapi rumor cuti bersama; “Enggak ada cuti bersama. Kalau keadaannya kayak begini tuh malah harus bergerak, kok malah cuti bersama”, kata Joko Widodo seperti yang dimuat dalam artikel “Jokowi: Banjir Kok Cuti Bersama?”, kompas.com, 17 Januari 2013.

Gambar III: Piechart menunjukkan sebaran jenis narasumber dalam artikel banjir yang diambil dari 3 media online yang paling banyak memuat berita banjir selama bulan Januari 2013 (detik.com, kompas.com, dan antara.com)

 

KESIMPULAN

  • Jakarta memang masih menyimpan sejumlah persoalan lingkungan, mulai dari banyaknya perumahan kumuh,sampah yang menimbun, krisis air bersih, hingga bencana banjir. Semua persoalan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, yakni bersimpul dalam sebuah sistem tata kota yang buruk. Suatu hal yang ironis bagi sebuah ibukota negara. Kondisi ini yang sebenarnya membuat media selalu tertarik mengangkat banjir ibukota sebagai berita utama, karena begitu banyak sisi yang bisa diekspos dan digali lebih jauh.
  • Kalangan birokrat menjadi narasumber yang kutipannya terbanyak dalam pemberitaan seputar banjir. Kami mengindikasikan hal ini disebabkan dua faktor. Pertama, karena topiknya adalah banjir beserta rentetan permasalahannya, maka narasumber yang paling diburu media adalah para pemangku kebijakan. Kedua, bisa jadi memang kalangan birokrat yang cukup terbuka dalam memberikan informasi seputar banjir. Apakah terhadap isu lain kalangan birokrat yang masih menjadi narasumber terbanyak? mungkin jawabannya masih harus kita buktikan pada monitoring bulan depan.  (Rozi/Kelly)

Share