Integrasi Komponen STBM Dalam Program Pengembangan SDM Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

05 Maret 2013
Dibaca : 3256 kali

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan program Pelembagaan Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Jakarta pada tanggal 21 Januari 2013. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperbesar skala dan mempercepat pencapaian target MDGs 7C yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses air dan sanitasi yang layak di tahun 2015. Kemenkes mencatat baru 17,8% penduduk yang tidak lagi buang air besar sembarangan dengan perbedaan tingkat capaian yang tinggi antar provinsi dan antar kabupaten. Kemenkes juga mencatat kematian 162.000 balita yang disebabkan oleh diare. Dalam sektor ekonomi, studi Bank Dunia menyebutkan pada tahun 2008, kerugian ekonomi Indonesia akibat sanitasi yang buruk mencapai 56 triliun rupiah per-tahun dan studi WASPOLA Facility tahun 2012 menyebutkan adanya kebutuhan tenaga sanitasi sebanyak 15.000 orang untuk mencapai target MDGs tahun 2015.

Kick Off Institusionalisasi CB STBM

Menjawab besarnya kebutuhan atas SDM yang memiliki pengetahuan dan keahlian STBM, Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPL), Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK), dan Pusat Promosi Kesehatan (Promkes) berupaya mengintegrasikan komponen STBM ke dalam kurikulum pendidikan sekolah kesehatan dan pelatihan-pelatihan kesehatan yang terakreditasi, termasuk ke dalam program-program besar kesehatan yang sudah berjalan seperti desa siaga dan program dokter magang. Selain menyasar mahasiswa, program ini juga menyasar tenaga-tenaga kesehatan, sanitarian, fasilitator STBM yang sudah ada, maupun orang-orang yang tertarik untuk menjadi fasilitator melalui program pembelajaran elektronik dan sistem sertifikasi.

�Program ini diarahkan untuk mempercepat pencapaian target besar nasional secara efektif dan dalam pelaksanaannya akan dilakukan integrasi pesan STBM dengan pesan-pesan dan strategi kesehatan lainnya untuk menjamin keberlanjutan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat,� ujar Prof. Dr. Chandra Yoga Aditama, Direktur Jendral PPPL dalam pembukaan lokakarya peluncuran program pelembagaan ini.

Kunjungan Pembelajaran ke Jawa Timur

Untuk melihat dan mendapatkan masukan langsung dari pelaksana dan penerima manfaat program STBM, tim kecil program pelembagaan penguatan kapasitas STBM Kemenkes melakukan kunjungan pembelajaran ke Jawa Timur pada tanggal 28-30 Januari 2013.

�Jawa Timur menyumbang 25% kemajuan capaian pelaksanaan STBM di Indonesia,� ungkap Zainal Nampira, Kasubdit Penyehatan Air, menjelaskan pertimbangan memilih Jawa Timur sebagai lokasi studi.

Field Visit Jombang

Dalam kunjungan tersebut terungkap bahwa kesuksesan Jawa Timur didukung oleh bergeraknya tiga komponen STBM secara bersamaan. Komponen peningkatan kebutuhan didukung oleh beragam kegiatan pemicuan di masyarakat, promosi dan kompetisi baik antar komunitas maupun antar kabupaten/kota. Penyediaan kebutuhan didukung oleh berbagai kegiatan pelatihan wirausaha sanitasi, inovasi-inovasi pilihan jamban murah, pembentukan asosiasi dan dukungan akses pendanaan. Adapun kondisi kondusif diwujudkan melalui dukungan kebijakan yang pro-STBM dan realisasi melalui penyediaan anggaran.

Kontribusi masyarakat yang sangat besar juga merupakan faktor kunci kesuksesan STBM di Jawa Timur. �Investasi masyarakat mencapai 4 milyar atau 10 kali lebih besar dari investasi pemerintah,� jelas Warto, MSc, Asisten I bidang Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Jombang. �Banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat, misalnya di Sumobito, masyarakat melakukan arisan jamban Rp 1000,-/ hari�, ujar kepala puskesmas Sumobito menjelaskan kreatifitas warga untuk memiliki jamban.

Edy Basuki, Kasie Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Jawa Timur menjelaskan bahwa walaupun Jawa Timur dinilai sebagai provinsi dengan capaian terbesar, baru 1.119 dari 8.000 desa di Jawa Timur yang bebas buang air besar sembarangan (Open Defecation Free/ODF). �Tantangan kami masih sangat besar, masih jauh dari target 4.000 desa ODF di tahun 2015. Salah satu kendala kami adalah kurangnya personil STBM yang mumpuni. Oleh karena itu, kami sangat mendukung program integrasi STBM ke dalam kurikulum di Poltekkes�.

Winarko dari Poltekkes Surabaya menambahkan bahwa Poltekkes di Jawa Timur siap menggerakkan 300 mahasiswa per-tahun yang akan Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk mendukung program STBM. �Kami juga siap untuk menyisipkan komponen STBM ke dalam kurikulum yang sesuai seperti mata kuliah penyehatan lingkungan permukiman dan promosi kesehatan,� katanya.

Integrasi dengan Desa Siaga

Pendekatan STBM yang mengedepankan upaya preventif dan promotif terpadu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak hanya cocok digunakan untuk program sanitasi, tetapi dapat digunakan dalam program-program kesehatan lainnya. Pendekatan dan program STBM akan diintegrasikan ke dalam wadah Desa Siaga. �Saat ini, tim kecil sedang menyisipkan materi STBM ke dalam kurikulum dan modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan. Pelatihan pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi dengan STBM, khususnya untuk fasilitator masyarakat pesisir akan kami lakukan dalam waktu dekat di beberapa provinsi di timur Indonesia,� jelas Rarit Gempari, Kabid Pemberdayaan Masyarakat, Pusat Promosi Kesehatan menjelaskan salah satu model pelembagaan kapasitas STBM yang terintegrasi dengan program-program Kemenkes lainnya.

Ditulis oleh: Rahmi Kasri (WSP)
Kontak: rahmikasri@gmail.com

Share