Menyelamatkan Sungai Untuk Masa Depan

05 Maret 2013
Dibaca : 1481 kali

 


Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya (kedua kanan) didampingi Ketua Gerakan Ciliwung Bersih Erna Witoelar (kiri), Ketua BPLHD DKI Jakarta Tauhid Tjaka Amijaya (kanan) dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PU Imam Ernawi (kedua kiri) tampil sebagai  pembicara dalam diskusi Penyelamatan Sungai Ciliwung, Jakarta
.

Jakarta- Kotor, bau, berantakan dan penuh sampah rasanya kondisi tersebut sangat cocok untuk menggambarkan keadaan sejumlah sungai di Indonesia saat ini.

Sebut saja sungai Ciliwung, selain  dihiasi oleh pemadangan aliran sampah mulai dari sisa botol plastik, sterofoam, hingga perabot rumah tangga seperti kasur, bantal, maupun guling. Sepanjang sungai ini juga didominasi oleh pemandangan jamban apung milik warga yang tinggal di pinggiran kali.

Lebih parahnya, wilayah bantaran yang dulu difungsikan sebagai tempat resapan air untuk mencegah banjir, kini telah beralih fungsi menjadi permukiman padat penduduk.

Berangkat dari itu, Kementerian Lingkungan Hidup berkerjasama dengan Kementerian lain seperti Kementerian PU dan Kementerian Pertanian, pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan Gerakan Ciliwung Bersih menyelenggarakan Aksi Masyarakat Untuk Ciliwung  yang bertempat di Komunitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Masyarakat Peduli Ciliwung (MAT PECI), Cawang, Jakarta Timur. 

Kegiatan ini diisi dengan penanaman pohon, pameran, dan talk show yang dihadiri oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat. Adapun tujuan utama dari terselenggaranya acara tersebut ialah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian lingkungan.

Dalam sambutannya, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya mengatakan bahwa kian hari penurunan kualitas sungai, terutama Ciliwung sangat memprihatinkan.

“Maka dari itu, kita harus segera bertindak cepat untuk membenahi hal tersebut. Bukan hanya dari pemerintah pusat maupun daerah saja, perbaikan kondisi sungai ini juga harus didukung oleh pihak swasta, masyarakat, maupun penggiat lingkungan,” tuturnya.

Dia mengatakan, saat ini kerusakan lingkungan sungai sudah sangat nyata terlihat. Buktinya, debit air saat musim kemarau dan hujan tidak lagi sesuai. “Saat ini perbedaan debit saat musim kemarau dan hujan berbeda hingga 300 kali lipat. Kondisi ini cukup menggambarkan bahwa kondisi DAS (Daerah Aliran Sungai) kita tidak sehat. Sehingga, wajar bila Jakarta kini makin sering terkena banjir,” ungkapnya.

Disisi lain Ketua Gerakan Ciliwung Bersih, Erna Witoelar mengungkapkan, pihaknya sangat senang akan terselenggaranya acara tersebut.  “Pasalnya, lewat acara ini diharapkan akan terjalin kerjasama yang lebih baik lagi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dengan masyarakat. Sehingga pelestarian lingkungan sungai akan dapat berjalan lebih baik dan mendapatkan hasil maksimal,” pungkasnya. Cheerli

Share