On-The-Job-Training Sistem Monitoring Berbasis Website dan SMS Kabupaten Karangasem 22 Feb 2013

05 Maret 2013
Dibaca : 2854 kali

Salah satu hasil diskusi peserta on-the-job-training Sistem Monitoring Berbasis SMS dan Website di Kabupaten Karangasem adalah bahwa ketersediaan air dapat menjadi salah satu faktor yang mendukung peningkatan kualitas jamban

Sebagai tindak lanjut workshop sistem monitoring STBM berbasis website yang diselenggarakan pada bulan Desember 2012, maka Dinkes Kab. Karangasem menyelenggarakan coaching sistem monitoring STBM berbasis short messaging service (SMS). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2013 dan diikuti oleh 12 orang sanitarian se-Kabupaten Karangasem. Bertindak sebagai narasumber adalah tim STBM Dinkes Propinsi Bali dan tim STBM Kabupaten Karangasem.

Salah satu isu yang hangat dibicarakan ketika diskusi adalah mengenai pengertian jamban sehat permanen (JSP) dan jamban sehat semi permanen (JSSP). Salah seorang peserta berpendapat, bahwa di lokasi sulit air masyarakat banyak mengakses jamban cemplung dengan pijakan dari beton yang kuat. Di samping itu, karena kondisi ketersediaan air yang kurang memadai, sangat kecil kemungkinan untuk meningkatkan kualitas jamban menjadi jamban leher angsa yang dilengkapi septic tank. Berdasarkan alasan tersebut, maka jamban cemplung yang dibangun dengan pijakan beton tersebut sudah sepantasnya dikategorikan sebagai jamban sehat permanen. Namun, berdasarkan pengalaman Made Desi Suarmini 'sanitarian Puskesmas Kubu II' masyarakat di Dusun Muntigunung Kec. Kubu yang awalnya memiliki jamban cemplung dapat meningkatkan kualitas jambannya menjadi jamban leher angsa dengan septic tank setelah daerahnya memperoleh akses air bersih melalui bantuan penyediaan penampung air hujan (PAH) dari Yayasan Vereijn Zukunft fur Kinder. Untuk itu jamban cemplung dengan pijakan beton sebaiknya tetap dikategorikan sebagai JSSP karena tidak menutup kemungkinan suatu saat masyarakat memiliki akses air bersih yang layak sehingga mereka bisa meningkatkan kualitas jambannya. Selain itu pengelompokan tersebut merupakan informasi untuk mengukur potensi pasar sanitasi yang ada di lapangan.

OJT_Karangasem

Para sanitarian sangat bersemangat mengikuti on-the-job-training yang diselenggarakan ini, terutama pada sesi praktek pengiriman data melalui sms, terlebih ketika nama mereka muncul di layar setelah berhasil memasukkan data. Kegairahan pada saat pelatihan masih terus berlanjut pasca pelatihan. Hal ini terlihat dari munculnya nama beberapa sanitarian yang masuk dalam Top 10 pengirim data melalui SMS selama 2 minggu berturut-turut. Kegairahan ini pun meningkat menjadi kebanggaaan, karena nama para sanitarian tersebut terpampang di website STBM yang notabene diakses oleh khalayak luas di seluruh Indonesia.

Sistem monitoring berbasis web dan SMS ini dinilai sangat membantu para sanitarian. Terutama dalam mengatasi kendala jarak dari Puskesmas ke Kabupaten dalam rangka pelaporan perkembangan. Di beberapa wilayah, kemajuan akses sanitasi hampir terjadi setiap minggu sehingga para sanitarian bisa mengirimkan data secara langsung dari lokasi monitoring. Hingga awal Februari 2013, baseline data dari 78 desa berhasil di-entry. Sanitarian benar-benar memanfaatkan sistem ini, terlihat dengan frekuensi update data yang cukup tinggi melalui SMS jika terjadi penambahan akses jamban sehat di tingkat masyarakat.

Ditulis oleh: Wida Indrayanti (WSP)
Kontak: windrayanti7@gmail.com

Share