'Hancurlah Semua Rumah Kami'

Sumber:Republika - 06 Februari 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Sepuluh wanita berusia paruh baya itu merubungi Gubernur Jawa Timur (Jatim), Imam Utomo, yang sepanjang Kamis (5/2) kemarin meninjau sejumlah tempat di Mojokerto, Jatim, yang diterjang banjir lumpur. Wajah para wanita itu tampak memelas, beberapa tak kuasa menahan tangis.

''Yang hanya kami pikirkan, bagaimana menyelamatkan nyawa dan pakaian yang melekat di badan,'' kata seorang ibu. Barang-barang yang ada, termasuk rumah, terpaksa ditinggalkan ketika badai angin dan hujan menyapu daerah itu.

Sekarang tak ada lagi barang-barang yang bisa dimanfaatkan. Rumah-rumah mereka pun sudah rata dengan tanah. ''Benar-benar tak ada yang tersisa. Hancur semua,'' ucap seorang ibu lainnya. Air matanya berlinangan. Dengan seksama, Gubernur mendengarkan keluhan mereka.

Para suami mereka kini sedang mengumpulkan sejumlah barang yang bisa diambil dari bekas rumah tinggal mereka. Namun itu pun nyaris sia-sia. Sebagian besar perabotan mereka, seperti piring, gelas, radio, dan lainnya, rusak.

Mereka adalah sebagian dari penduduk Desa Kemasan Tani, Kecamatan Gondang, Mojokerto. Rumah tinggal mereka tak berbekas diterjang bebatuan, lumpur, dan kayu-kayu yang terbawa derasnya arus sungai Gondang. Padahal, rumah mereka berjarak 10 meter dari bibir sungai. Namun, tak urung hujan yang turun sepanjang Selasa (4/2) ikut menghanyutkan harta benda yang mereka kumpulkan selama bertahun-tahun lamanya.

Wilayah ini menjadi lokasi terparah akibat banjir lumpur Rabu (5/2). Dua belas rumah penduduk, yang merupakan bangunan permanen, amblas tak berbekas. Puluhan ekor sapi dan ternak lainnya hilang entah ke mana. Jembatan desa yang merupakan jalur urat nadi yang menghubungkan Desa Kemasan Tani dengan desa di seberangnya, hancur-lebur.

Jembatan yang putus di Gondang tersebut menghubungkan empat desa, yakni Desa Kebon Tunggul, Bedugul, Kemasan Tani, dan Gumung. Dengan hancurnya jembatan tersebut, membuat tiga desa yang berseberangan dengan desa Kemasan Tani bakal menjadi desa terisolasi.

''Padahal sawah ladang kami ada di sebelah sana,'' tutur Hadi Cholik, salah satu penduduk di Kemasan Tani sembari menunjuk seberang sungai yang jembatannya sudah hancur-lebur diterjang air beserta batu dan kayu-kayuan.

Sejak Selasa sore, dia bercerita, hujan turun tak begitu deras, sehingga mereka tak mengira jika akibatnya seperti ini. ''Para warga mendengar suara gemuruh dan tanpa pikir panjang, sekitar pukul 21.00 WIB saya dan istri berlari ke rumah tetangga yang lokasinya agak jauh dari sungai,'' ungkap Yasid, yang menjadi petani sejak puluhan tahun lamanya di sana.

Pemandangan mengenaskan lainnya tampak di sudut-sudut wilayah yang diterjang banjir lumpur. Itu terjadi, terutama, di wilayah perkotaan Mojokerto. Masyarakat yang tinggal di sana membutuhkan waktu sedikitnya satu pekan untuk membersihkan barang-barangnya yang terendam lumpur.

Di wilayah perumahan daerah Gatoel, misalnya, puluhan mobil yang sebelumnya terjebak lumpur, dinyatakan tak bisa dijalankan. Kawasan yang dikenal sebagai lingkungan elite ini, ketika ditinjau Gubernur Jatim, kemarin, kelihatan kumuh dan masih berlumpur.

Ironisnya, meski mereka yang bertempat tinggal di sana adalah masyarakat berpunya dan rata-rata pejabat, ternyata dengan antusias menyambut bantuan nasi bungkus yang dibagikan sejumlah LSM. ''Maklumlah, barang-barang kami terendam lumpur, mana bisa kami memasak. Lagipula tidak ada penjual masakan mau lewat ke sini,'' tutur salah seorang penghuni di sana.

Selama hampir 52 tahun Mojokerto tak pernah dilanda banjir. Jika sebelumnya terkena banjir, hanyalah genangan air yang surut dengan sendirinya ketika hujan reda. Untuk daerah perkotaan yang terendam lumpur itu akibat jebolnya tanggul yang terletak di wilayah Sooko. Tanggul yang jebol --terhantam potongan kayu-kayu besar dari aliran sungai yang berhilir di hutan Pacet itu-- menyebabkan meluapnya sungai Sadar yang membelah di tengah kota.

Pemandangan kumuh berlumpur juga terlihat di rumah dinas Kapolres Mojokerto, AKBP Yohvi Mahendra, di Jl Pahlawan. Bersama puluhan rumah lainnya, rumah dinas itu terendam lumpur setinggi satu meter. Kamis kemarin terlihat puluhan aparat kepolisian dan siswa Sekolah Polisi Negara (SPN) Mojokerto membersihkan rumah orang nomor satu di jajaran Polres Mojokerto tersebut.

Hingga saat ini, masyarakat di seluruh kawasan Kota Mojokerto masih diliputi perasaan waswas. Apalagi, beberapa jalan raya yang berbatasan dengan Sungai Brantas mulai longsor. Jika air terus menggerus jalan-jalan yang berada tepat di atas sungai, bisa dipastikan dalam hitungan detik seluruh kota di wilayah ini akan tenggelam.

Post Date : 06 Februari 2004