Untuk TPA Kita Sih Setuju Saja, Asal...

Sumber:Pikiran Rakyat - 12 Mei 2006
Kategori:Sampah Luar Jakarta
PERSOALAN tempat pembuangan akhir (TPA) sampah telah mengerucut pada sebuah tempat di Pasir Legok Nangka Desa Ciherang Kec. Nagreg Kab. Bandung. Namun, bukan berarti masalah sampah yang menumpuk di Kota Bandung akan selesai begitu saja. Apalagi dilakukan dalam jangka waktu sesegera mungkin.

Warga Desa Ciherang ternyata telah membahas masalah ini jauh-jauh hari. Pertemuan terakhir dan menghasilkan sebuah keputusan dilakukan minggu lalu, tepatnya Rabu (3/5) di Balai Desa Ciherang. Seluruh ketua RW, aparat desa, maupun tokoh masyarakat Ciherang sepakat untuk menyetujui Legok Nangka sebagai TPA untuk Kota Bandung dan Cimahi.

Untuk TPA kita sih setuju saja, asal ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Selama syarat-syarat ini ditepati kita tak keberatan. Tapi kalau tidak, ya maaf-maaf saja, kata Kades Ciherang Kec. Nagreg Kab. Bandung, Aep Saepudin.

Beberapa poin persyaratan yang disepakati itu yakni harus ada pabrik pengolahan sampah, terdapat penyerapan tenaga kerja di desa setempat, tidak mencemari tanah, air, udara, dan tidak mengganggu kesehatan. Syarat lainnya yaitu membantu kebutuhan warga seperti sarana agama, kesehatan, pendidikan, olah raga, kesenian, dan pipanisasi air bersih, tanah carik ditukar guling dengan sawah produktif, serta mereka berharap terus didampingi advokasi hukum.

Persyaratan yang dikemukakan di Desa Ciherang juga dikuatkan warga Desa Nagreg. Seperti diketahui, pintu masuk menuju Legok Nangka akan melintasi permukiman di Desa Nagreg.

Tetap harus ada pabrik pengolahan sampah dulu. Baru sampahnya boleh dibuang ke Legok Nangka. Jangan dibalik. Kalau sampah dulu yang dibuang tanpa ada pabrik pengolahan, masyarakat pasti akan bereaksi, kata Yanto A.R., Ketua RT 3 RW 20 di Kampung Pamucatan Desa Nagreg.

Pernyataan senada tak hanya muncul dari warga Kabupaten Bandung. Melainkan, warga Desa Simpen Kidul Kec. Balubur Limbangan Kab. Garut, yang berbatasan langsung dengan Legok Nangka juga ikut bicara. Kades Simpen Kidul, Maman Priatna, menegaskan hal itu. Hanya, berbeda dengan yang lain, warga Simpen Kidul memberi keringanan bahwa semua tuntutan itu bisa dilakukan secara bertahap, tak sekaligus.

Tapi yang paling penting yaitu pipanisasi air bersih bagi warga, kata Maman. Sebuah dokumen yang ditandatangani oleh hampir seluruh tokoh masyarakat Desa Simpen Kidul menjelaskan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi jika saja tempatnya kelak dijadikan TPA.

Di tengah sejumlah tuntutan warga Nagreg, terdapat kesepakatan yang cukup jelas. Mereka hanya menerima rencana pembangunan TPA di Legok Nangka, dan menolak tegas jika TPA dibangun di Legok Citiis. Meski berada satu desa dengan Legok Nangka (Desa Ciherang), warga keberatan jika Legok Citiis dijadikan TPA dengan pertimbangan banyaknya mata air yang kini dijadikan sumber air minum.

Selain itu, satu sungai mengalir dari lembah Legokcitiis menuju perkampungan warga Ciherang, Ciaro (Kab. Bandung) maupun Desa Simpen Kidul (Kab. Garut).

Mau minum dari mana nanti kalau sumber air di Legokcitiis tercemar air lindi dari sampah? ucap Maman, Kades Simpen Kidul. Makanya, tuntutan pipanisasi menuju desa Simpen Kidul salah satunya untuk menjaga kemurnian air minum yang dikonsumsi warga sehari-hari.

KAPOLSEK Nagreg AKP Risyad Nurdin Mulyadi datang ke Kantor Desa Ciherang dengan muka agak keruh, Kamis kemarin. Mulyadi yang baru beberapa minggu bertugas di Nagreg ini rupanya ingin bertukar pikiran dengan Kades Ciherang Aep Saepudin tentang masalah rencana TPA di Nagreg.

Yang pertama saya pikirkan, bagaimana dengan lalu lintas di Nagreg nanti kalau ada TPA? ucapnya. Ia juga mengaku tengah mempelajari karakteristik masyarakat Nagreg serta potensi konflik di daerah ini. Meskipun mengaku sedang gelap dengan rencana pembangunan TPA di Legok Nangka Nagreg, ia hanya berharap agar semua pihak memikirkan berbagai kemungkinan sebelum TPA benar-benar beroperasi.

Jalan raya Bandung-Tasikmalaya/Garut yang melintasi Nagreg memang terkenal sangat sibuk selama 24 jam. Kondisi jalan yang menanjak tajam serta berkelok-kelok membuat kecelakaan sering terjadi di daerah ini. Jika tak dipikirkan secara matang tentang kemungkinan keamanan serta kemacetan di Nagreg nanti, tak menutup kemungkinan Nagreg akan semakin padat dan semakin rawan. (Deni Yudiawan/PR)

Post Date : 12 Mei 2006