70% Masalah Sampah Bisa Diselesaikan dengan Perilaku

Sumber:beritasatu.com - 7 Februari 2014
Kategori:Sampah Jakarta

Volume sampah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Di 2013, volume sampah mencapai 73 juta ton atau setara dengan 200.000 ton per hari.

Di Jakarta saja, mencapai 6.500 ton perhari. Angka ini bahkan naik lima kali atau sekitar 350.000 ton selama banjir yang melanda Jakarta pada Januari 2014.

Kepala Subdit Pengembangan Program dari Deputi Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup (KLH),
Ujang Solifin Sidik, mengungkapkan sebetulnya hampir 70% masalah sampah, termasuk yang menyebabkan banjir di Jakarta, bisa diselesaikan dengan perilaku masyarakat.

Misalnya mengumpulkan, menaruh sampah pada tong sampah, tidak membuang di kali atau selokan, dan memilahnya dengan benar untuk sampah organik maupun nonorganik.

Namun, di Indonesia kesadaran dan perilaku tersebut masih minim. Di Jepang, selain membuang sampah pada tempatnya, ibu rumah tangga di negara ini pun diajarkan untuk memilah sampah rumah tangga hingga 22
jenis.

Masyarakat masih berpandangan sampah memang layak dibuang di mana saja. Padahal pemerintah sudah menyediakan tempah sampah yang layak beserta cara memilahnya.

"Banyak anggaran pemerintah daerah yang digelontorkan untuk itu, meskipun memang masih relatif kecil, yaitu di bawah 10% dari total APBD. Bahkan di beberapa kota tong sampah tidak awet karena rusak atau diambil," kata Ujang dalam media workshop bertemakan "One Pack, One Act for Our Earth", yang digelar Tetra Pak di Ancol, Jakarta, Kamis (6/2).

Menurut Ujang, penanganan sampah di Tanah Air, khususnya Jakarta, lebih banyak di hilir, yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Ia mencontohkan, pemda DKI Jakarta harus mengeluarkan miliaran rupiah hanya untuk membayar bau sampah yang dibuang di Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Sementara persoalan di hulu, seperti perilaku masyarakat dalam memperlakukan sampah itu masih kurang.

Oleh karenanya, kata Ujang, perlu adanya perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah. Dari paradigma kumpul, angkut, buang menjadi kegiatan uang lebih efisien, cerdas, dan terprogram. Salah satunya adalah mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Melalui UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, pemerintah sendiri telah mengeluarkan kebijakan "Extended Producer Responsibility" (EPR), yaitu tanggungjawab lebih para produsen untuk mengolah sampah melalui daur ulang.

Namun, komitmen produsen untuk melaksanakan aturan ini masih rendah. Padahal, selain merupakan solusi untuk penanganan masalah sampah, daur ulang juga menjamin keberlanjutan bisnis produsen.

Minimnya kesadaran produsen dan mengandalkan pemulung menjadi salah satu kendala daur ulang kemasan masih rendah.

"Seharusnya ada kesadaran sendiri pemilik merek makanan atau minuman bekerjasama dengan perusahaan kemasan mengumpulkan kemasan bekas dan menjadi bahan baku baru," katanya.

Sementara itu, Direktur Komunikasi Tetra Pak, Mignonne NB Maramis, menyebutkan secara global pada tahun 2012 lalu sebanyak 39 miliar kemasan Tetra Pak atau sekitar 100 juta setiap hari yang didaur ulang.

Angka ini baru 25% dari total kemasan yang diproduksi. Sebanyak 150 negara terlibat dalam kegiatan daur ulang ini.

Di Indonesia, daur ulang kemasan juga meningkat, meskipun masih kecil yaitu sekitar 8,6%. Tahun 2011 baru sebanyak 954 ton, meningkat di 2012 menjadi 1.399 ton, dan 2013 naik 1.969 ton.

"Jumlah kemasan yang bisa didaur ulang mencapai 259 juta kemasan, tetapi yang sudah didaur ulang masih rendah yaitu 8,6%. Kami targetkan tahun ini naik tambah lagi 10% di tahun ini," kata Maramis.

Maramis menjelaskan, "one pack one act" atau satu kemasan dan satu tindakan adalah sebuah gerakan peduli lingkungan yang dikampanyekan Tetra Pak untuk meminimalisir dampak sampah terhadap lingkungan.

"Kampanye ini dimaksudkan untuk mengubah pemahaman bahwa kemasan karton bukanlah sampah, dan bahkan merupakan bahan baku berharga bagi produk baru yang kreatif," katanya.

Upaya daur ulang sangat memungkinkan karena sebagian besar atau 75% bahan baku terbuat dari kertas, dan 25% dalam bentuk polietilen dan aluminium foil. Hampir 100% kemasan bisa didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.

Hasil daur ulang menjadi produk kreatif, seperti seng rumah, tong sampah, kursi, meja, bingkai, dan lainnya. Selain membuka peluang bisnis bagi para pendaur ulang, hasil daur ulang kemasan juga dimanfaatkan pabrik kertas.

 



Post Date : 07 Februari 2014