Sampah Tak Terangkut

Sumber:Kompas - 14 Februari 2014
Kategori:Sampah Jakarta
JAKARTA, KOMPAS — Pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sementara menuju tempat pembuangan akhir bermasalah. Di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, sampah menumpuk di pinggir jalan dan mengganggu warga sekitar. Persoalan ini terjadi di banyak tempat pada saat DKI Jakarta akan menerapkan swakelola sampah.

Lurah Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli, Kamis (13/2), mengeluhkan tumpukan sampah yang tak terangkut di wilayah kerjanya. Kelurahan Lenteng Agung awalnya hanya memiliki satu tempat pembuangan sementara (TPS) di Jalan Lontar. Akan tetapi, kini sampah dari kelurahan sekitar, bahkan dari Depok dan Pasar Minggu, turut dibuang di TPS tersebut.

”Bahkan, bank sampah di RW 008 yang tak jauh dari TPS Lontar ikut jadi tempat pembuangan sampah milik warga di luar Lenteng Agung,” kata Susan.

Pembuangan sampah di Lenteng Agung mulai kacau ketika sampah di TPS tak lagi diangkut lagi oleh petugas dinas kebersihan. ”Sejak diserahkan ke swasta, justru seperti ini,” katanya.

Sampah di Jalan Lontar ataupun di RW 008 merusak pemandangan dan menebar bau busuk. Warga sudah melaporkan masalah ini kepada lurah. ”Seharusnya minimal satu TPS untuk satu kelurahan,” kata Susan.

Pengangkutan sampah yang terkendala juga dikeluhkan Kuswara, Lurah Petogogan, di Kebayoran Baru. Menurut Kuswara, di wilayahnya ada tiga TPS untuk menampung sampah dari tiga RW. ”Selama ini, pengangkutan sampah dari rumah warga tidak ada masalah. Namun, justru pengangkutan di TPS tidak sesuai jadwal,” katanya.

Seharusnya sampah di setiap TPS diambil satu sampai dua hari sekali. Informasi yang ia terima, pengambilan sampah di tingkat TPS terlambat karena halangan teknis, seperti kerusakan pada mobil atau truk sampah.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Saptastri Ediningtyas belum dapat menanggapi persoalan itu. Menurut Tyas, panggilan akrabnya, persoalan pengangkutan dan pengelolaan sedang dibahas ulang di dinas. ”Kami masih konsolidasi internal dahulu, nanti saya jawab persoalan itu,” kata Tyas yang dilantik pada Rabu lalu.

Sebelumnya, 70,9 persen pengangkutan sampah di Jakarta dilakukan swasta. Sisanya diangkut petugas Dinas Kebersihan DKI. Setelah 31 Desember 2013, kontrak kerja sama dengan swasta dihentikan Pemprov DKI Jakarta. Sejak itu, pengangkutan sampah dilakukan dengan menyewa truk dengan sistem harian, bukan dihitung berdasarkan tonase. (NEL/NDY)


Post Date : 14 Februari 2014