Rembesan Limbah Toilet di Gili Mengkhawatirkan

Sumber:tempo.co - 7 Februari 2014
Kategori:Air Limbah

Pusat Penelitian Pesisir dan Lautan Universitas Mataram akan mengadakan penelitian kadar nitrat dan posfat di perairan wisata laut Gili Indah  terdiri dari Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Sebab, jika kadar nitrat dan fosfat itu tinggi menyebabkan terumbu karang menjadi kurang sehat. Selama ini, para penyelam melihat adanya algae yang disuburkan nitrat dan fosfat dapat mengganggu karang.

Kepala Pusat Penelitian Pesisir dan Lautan Universitas Mataram Imam Bachtiar yang juga pengajar Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Mataram mengatakan akan segera meneliti perairan di sana. "Ini dilakukan karena kekawatiran adanya rembesan limbah toilet ke laut," kata doktor ahli terumbu karang ini kepada Tempo, Kamis 6 Februari 2014 siang.

Data penelitian World Conservation Society tahun 2012, mendapati tutupan algae sudah mencapai 40-70 persen yang menutupi terumbu karang. Padahal, tahun 1993 diketahui kurang dari lima persen.

Berkembangnya pulau wisata Gili Trawangan dirintis oleh rakyat setempat yang berhasil dengan susah payah membangun "swadaya" sendiri untuk memperkenalkan model pariwisata kerakyatan. Semula hanya berupa rumah panggung kini sudah berkembang di tangan pemodal dengan hadirnya hotel berbintang.

Sekarang ini, di Gili Trawangan saja ada 245 usaha wisata termasuk hotel dan restoran yang jumlah keseluruhan penginapannya memiliki 2.072 kamar. Padahal, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) pernah menetapkan kebijakan tata ruang pulau tersebut hanya sebagai kawasan sarana rekreasi bahari setelah dilakukan studi teknis Deparpostel pada bulan Maret 1990.

Yang menjadi dasar kebijakan Pemprov NTB pada waktu kepemimpinan Gubernur NTB dijabat Warsito, adalah sulitnya pengadaan air tawar, perlu dijaganya terumbu karang di perairan sekitarnya, perlu dijaganya aset utama yaitu ketenangan hubungan sosial masyarakat dan wisatawan, dan perlunya penghijauan mengingat keadaan pulau tersebut yang gersang dan perlunya peningkatan air tanah.

Semula Gili Trawangan pulau yang luasnya 360 hektar tersebut dibuka untuk lahan pertanian agar tidak lagi menjadi sarang nyamuk dan dapat dihuni oleh penduduk. Kemudian, wisatawan terutama dari mancanegara banyak berdatangan ke kawasan HGU ini dan menjadikannya sebagai resort wisata.

I Gde Ardika, waktu itu (17/9-2001) sebagai Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata, mengatakan pembangunan prasarana pariwisata Lombok di pulau-pulau wisata dinyatakan salah. Semestinya, di kawasan wisata Gili Indah terdiri Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air yang luas keseluruhannya 650 hektar tidak ada hotel. "Untuk kepentingan jangka panjang tidak menguntungkan walau dalam jangka pendek tampak pertumbuhan," ujarnya.

Karenanya, rencana detil untuk pengembangan pariwisata Lombok perlu dikaji ulang. Sebab merupakan kesalahan fatal membangun fasilitas hotel yang dihitung sangat padat di pulau wisata yang sumber daya airnya tidak mencukupi. "Jangan bangun hotel di tengah obyek wisata," ucap Gde Ardika.



Post Date : 07 Februari 2014