24 Daerah Aliran Sungai di Jateng Kritis

Sumber:Kompas - 23 Nopember 2004
Kategori:Drainase
Semarang, Kompas - Penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan, dari lahan konservasi menjadi permukiman dan industri, menyebabkan kondisi hidro-orologis atau tata air dalam tanah di sedikitnya 24 daerah aliran sungai di Jawa Tengah saat ini dalam kondisi kritis. Akibatnya, sungai-sungai tersebut menjadi rawan banjir pada musim hujan dan rawan kekeringan pada saat musim kemarau.

Sungai-sungai itu adalah Sungai Tirtomoyo, Pemali, Besik, Glagah, Gung, Garang, Kuto, Lumeneng, Comal, Bengawan Solo, Banjaran, Progo, Merawu, Cemoro, Bogowonto, Tajum, Sambong, Dengkeng, Serayu, Rambut, Sulang, Klawing, Bodri, dan Sungai Kupang.

Pengukuran debit air di 28 titik sungai-sungai tersebut pada tahun 1999, menunjukkan perbedaan debit air maksimal dan debit air minimal sungai-sungai tersebut antara 34,17 dan 9.655,14 meter kubik per detik.

Kepala Subbagian Hukum, Humas, dan Organisasi Tata Laksana Dinas Kehutanan Jateng Muhamad Marzuki di Semarang, Senin (22/11), ada dua pendapat soal ini. Menurut Prof Sutami, jika perbandingan debit air (sungai) maksimal dan debit air minimal lebih dari 30 meter kubik per detik maka daerah aliran sungai-nya dikategorikan daerah kritis.

Pendapat kedua, menurut Wienland (pakar dari luar negeri), jika perbandingannya 60 meter kubik per detik baru dikatakan kritis. "Kritis artinya kemampuan menampung air (hujan) kurang," ujar Marzuki.

Dari 24 sungai tersebut, paling kritis DAS Tirtomoyo karena perbandingan debit air maksimal dan minimal mencapai 9.655,14 meter kubik per detik.

"Belum semua kondisi DAS di Jateng bisa diketahui karena untuk mengukur debit air maksimal dan debit air minimal perlu stasiun pengamat air. Alat ini harganya cukup mahal sehingga belum semua sungai diukur debit airnya," ungkap Marzuki.

Kondisi kritis daerah aliran 24 sungai itu, antara lain disebabkan penggundulan hutan dan perubahan tata guna lahan yang menghilangkan lahan konservasi sehingga lahan menjadi kritis. Total lahan kritis di Jateng saat ini sekitar 1,05 juta hektar, dari jumlah itu seluas sekitar 33.000 hektar masuk kategori sangat kritis. (IKA)

Post Date : 23 November 2004