Saatnya Memanen Energi dari Sampah : Belajar dari Jepang

Sumber:suaramerdeka.com - 25 April 2014
Kategori:Sampah Jakarta

Persoalan sampah tampaknya tidak akan pernah habis untuk dibicarakan, karena telah menjadi persoalan serius yang tidak pernah terselesaikan hingga saat ini. Sebagian besar masyarakat pun sangat mencemaskan kondisi ini.

Seiring dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan kesejahteraan masyarakat, produksi sampah khususnya di kota-kota besar terus meningkat secara signifikan. Sebagai contoh, di Kota Semarang sampah yang dihasilkan mencapai sekitar 800 ton per hari (Suara Merdeka, 11/09/2013) dan sekitar 750 ton dibuang serta ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang.

Sementara ketersediaan lahan di TPA Jatibarang, sangat terbatas dan diperkirakan hanya sanggup menampung hingga beberapa tahun ke depan. Perbaikan manajemen sampah pun mulai dilakukan dengan konsep 3R (reduce, reuse and recycle).

Pengelolaan sampah dengan mendirikan bank sampah di beberapa daerah juga merupakan langkah inovatif yang patut dicontoh. Namun demikian prinsip 3R ini nampaknya sulit dilakukan, karena membutuhkan partisipasi dan peran aktif masyarakat. Sebaik apapun implementasi konsep 3R tetap tidak akan menghilangkan sama sekali keberadaan sampah, karena hanya akan meminimalisasi sampah.

Hal ini berarti perlu adanya suatu teknologi untuk proses pengolahan sampah yang dapat mengurangi volumenya dan sedapat mungkin mendapatkan produk lain dari proses tersebut.

DOWA Eco-System

Beberapa elemen masyarakat telah mengembangkan sistem pengomposan, tetapi itu hanya berlaku untuk jenis sampah organik dan membutuhkan waktu lama. Mengubah sampah menjadi energi nampaknya bisa menjadi solusi yang cukup tepat di saat persoalan energi pun sedang mengemuka seiring dengan menipisnya cadangan minyak bumi.

Salah satu teknologi yang ditawarkan adalah dengan sistem pembakaran di mana limbah tersebut dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi untuk menghasilkan energi guna membangkitkan listrik seperti yang dimiliki oleh DOWA Eco- System dari Jepang. Beberapa waktu lalu penulis berkesempatan mengunjungi salah satu instalasi pengolahan limbah yang dimiliki oleh DOWA di daerah Chiba, Jepang.

Teknologi yang ditawarkan cukup ramah lingkungan, karena menghasilkan emisi yang sangat rendah dan dapat mengolah limbah jenis apa pun dengan teknologi yang cukup terdepan. Berbagai jenis limbah bisa diolah dengan teknologi ini, baik yang berbahaya maupun tidak, baik itu limbah cair maupun padat.

Untuk proses pembakarannya apabila dirasa kurang nilai kalorinya, maka bisa dibantu dengan menggunakan limbah oli bekas yang mempunyai nilai kalori tinggi, di samping juga kalori yang dihasilkan dari limbah-limbah tersebut.

Prinsip teknologinya adalah menggunakan system rotary kiln atau tungku berputar untuk membakar limbah-limbah padatnya, yang kemudian dicampur dengan oli bekas untuk meningkatkan nilai kalornya. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas pada suhu yang sangat tinggi mencapai 1000oC yang kemudian dikirim ke ruang pembakaran sekunder di mana limbah cair disemprotkan untuk mengontrol suhunya hingga turun menjadi sekitar 850oC.

Setelah itu, gas panas ini kemudian disuplai ke boiler untuk memanaskan air yang ada di dalamnya hingga menjadi uap. Uap yang dihasilkan ini kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin, kemudian dihubungkan ke generator listrik sehingga didapatlah produksi listrik melalui sistem ini.

4 MW

Untuk pabrik terbesar dengan kapasitas 600 ton per hari limbah, bisa menghasilkan listrik hingga mencapai 4 MW. Listrik yang dihasilkan sebagian digunakan sendiri untuk instalasi ini dan sisanya bisa dijual untuk kemudian digunakan memasok listrik pabrik-pabrik di sekitar lokasi pembangkit ini. Di sisi lain, abu yang dihasilkan dari proses pembakaran tadi juga bisa digunakan untuk bahan campuran membuat semen dan material konstruksi.

Selain itu, juga bisa digunakan untuk material urugan jalan maupun pabrik karena praktis sudah tidak berbahaya lagi. Abu yang dihasilkan berasal dari dua bagian pabrik, yang pertama dari proses pembakaran dan dihasilkan abu yang relatif kasar dan yang kedua dari proses penyaringan gas buang yang berbentuk serbuk.

Gas yang dilewatkan ke boiler kemudian didinginkan melalui sebuah unit pendingin sebelum akhirnya dibuang ke udara. Untuk menjamin kualitas gas buangnya sesuai standar lingkungan dan bebas emisi, maka gas tersebut dilewatkan beberapa peralatan sebagai penyaringnya.

Yang pertama, begitu gas ke luar dari peralatan pendingin / kondensor kemudian dilewatkan ke suatu alat yang namanya bag filter (penyaring udara tipe kantong). Alat ini berfungsi untuk menyaring partikel lembut, supaya tidak ikut terbang ke udara dan akan membahayakan pernafasan manusia.

Di dalamnya juga berisi material sejenis kapur yang berfungi untuk proses desulfurisasi yaitu proses untuk mencegah terbentuknya gas Sox yang juga membahayakan lingkungan. Setelah itu, gas akan masuk ke dalam reaktor yang berfungsi untuk mengurangi kandungan NOx serta mengurangi emisi dioksinnya. Setelah betul-betul bersih baru kemudian gas tersebut keluar melalui sebuah cerobong yang cukup tinggi. Emisi yang dihasilkan sangat rendah terbukti dengan diraihnya ISO14001.

Jadi sudah saatnya Semarang dan kota-kota besar lainnya di Jawa Tengah untuk segera mewujudkan sistem pengolahan limbah semacam ini guna meminimalisasi dampak lingkungan dari pertumbuhan produksi sampah yang meningkat drastis. (Mochamad Syamsiro, Alumnus UGM dan mahasiswa pascasarjana di Tokyo Institute of Technology, Jepang-12)



Post Date : 25 April 2014