3 Dinas Daur Ulang Air Limbah

Sumber:Pikiran Rakyat - 15 Desember 2008
Kategori:Air Limbah

BANDUNG, (PR).- Guna mengatasi krisis air bersih, tiga dinas di Pemprov Jabar akan menjadi projek percontohan daur ulang limbah air domestik. Program ini diharapkan mampu memanfaatkan 60% dari 80% air bersih yang berubah menjadi limbah setelah digunakan. Demikian diungkapkan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar Setiawan Wangsaatmaja di Bandung, Minggu (14/12).

Ketiga dinas itu adalah Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim), Dinas Pendidikan, dan Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda). Setiawan mengatakan, ketiga dinas tersebut dipilih karena memiliki lahan cukup luas serta sistem perpipaan sesuai teknologi daur ulang yang akan diterapkan.

Selain itu, konsumsi air di ketiga dinas itu terbilang tinggi. Distarkim misalnya, tercatat mengonsumsi 1.832,08 liter air per jam. Kemudian Disdik 1.984,67 liter air per jam, dan Dispenda 2.086 liter air per jam. Menurut Setiawan, sebanyak 80% air bersih yang digunakan manusia setiap hari, langsung berakhir di saluran pembuangan.

"Kan sayang kalo yang 80% itu cuma lewat. Apalagi beberapa limbah air seperti bekas wudu dan mandi tidak terlalu kotor. Itu bisa kita manfaatkan lagi," katanya.

Beda pendapat

Setiawan mengakui, saat ini masih ada beda pendapat tentang daur ulang air wudu untuk digunakan kembali sebagai air wudu. Oleh karena itu, penggunaan air hasil daur ulang ini lebih ditujukan untuk penyiraman tanaman dan pencucian kendaraan dinas serta untuk air bilasan toilet.

"Kami berharap upaya daur ulang ini dapat memanfaatkan 60% limbah air yang tadinya dibuang begitu saja," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Air BPLHD Jabar Lusia Boer mengatakan, kajian mengenai daur ulang air sudah dilakukan sejak awal 2008. Rencananya, pada 2009 BPLHD Jabar akan menyusun detail desain daur ulang untuk setiap dinas. Setelah itu, baru masuk ke tahap pelaksanaan.

Lusia mengatakan, penerapan teknologi daur ulang ini memang membutuhkan biaya cukup besar. Namun, hal itu sebanding dengan jumlah air yang bisa dihemat, terutama untuk menghadapi krisis air pada musim kemarau. "Krisis air itu sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Jadi biaya berapa pun untuk menyelamatkannya, saya pikir sebanding," ungkapnya.

Jika projek percontohan daur ulang limbah air ini berhasil, Setiawan berharap dapat membuatnya menjadi gerakan yang lebih masif. Selain kantor-kantor dinas, hotel, industri, dan rumah tangga, juga ditargetkan akan mendaur ulang limbah air di lingkungan domestiknya. Dengan demikian, jumlah air yang dihemat akan menjadi lebih besar dan tidak ada lagi krisis air saat kemarau.

"Saat ini kami juga sedang mengkaji pemanfaatan air hujan yang jatuh di atap dengan menggunakan talang dan tangki. Tapi belum rampung, mungkin tahun depan," ucapnya menambahkan. (A-180)



Post Date : 15 Desember 2008