Buku Putih Sanitasi Kabupaten Brebes

Penerbit:Brebes: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, 2010; xvi, 801 hal + tabel + gambar + peta
No. Klasifikasi:363.725.983.329 BUK
Kata Kunci:Buku Putih Sanitasi, Kabupaten Brebes, EHRA, IPAL
Lokasi:Perpustakaan Pokja AMPL. Telepon 021-31904113
Kategori:Buku

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Brebes Tahun 2010 merupakan dokumen yang mencerminkan karakteristik daerah dan kondisi sanitasi yang menggambarkan tingkat layanan, potensi dan kendala sektor sanitasi. Buku ini merupakan laporan data/analisa dari kegiatan yang berkaitan dengan sanitasi yang mencakup sub sektor drainase, persampahan, air limbah dan air bersih.

Sanitasi merupakan salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan erat dengan kesehatan, pola hidup, kondisi permukiman dan lingkungan. Paparan Buku Putih menyebutkan bahwa Kabupaten Brebes sudah mempunyai program sanitasi yang sebagian besar dikelola oleh Dinas Pekerjaaan Umum dan Tata Ruang (Drainase Lingkungan dan Persampahan), Dinas Kesehatan (Air Limbah) serta Kantor Lingkungan Hidup (Persampahan dan Air Limbah). Akan tetapi pengelolaan dan implementasinya dilakukan secara terpisah, sendiri-sendiri.

Berdasarkan studi EHRA pada bulan Juni 2010 terungkap 46,2% responden masih buang air besar sembarangan secara terbuka di sungai, kebun, helikopter, cubluk dan sebagainya. Permasalahan air limbah rumah tangga meliputi terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, di beberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar dan masih banyak masyarakat yang membuang air limbah rumah tangga ke saluran irigasi atau sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.  Pembuatan IPAL domestik skala komunal

Sebanyak 6,5% Rumah tangga mendapatkan pelayanan persampahan, dari jumlah ini rumah tangga yang melakukan pemilahan sampah hanya 14,2% saja.

Hampir seluruh penduduk sudah dilayani oleh sarana drainase akan tetapi akibat perawatan yang kurang optimal masih ditemukan genangan bila hujan turun.  Beberapa drainase difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah sehingga menghambat laju aliran air. (debit air).   Responden yang sudah mendapatkan pelayanan saluran drainase baru sebanyak 50,4% yang terbagi sebanyak 16,6% pernah mengalami kebanjiran dan 21,8% ada genangan air. 

Permasalahan yang masih terjadi adalah keterbatasan debit air yang ada dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat, dan di daerah pantura masyarakat yang mendapatkan air dari sumur dangkal pada saat musim kemarau air menjadi sangat sulit sehingga perlu pelayanan tangki air dari PDAM.

 



Post Date : 16 Oktober 2012