Banyak Keran Macet Hingga Perebutan Sumber Mata Air

Sumber:floresbangkit.com - 7 Maret 2013
Kategori:Air Minum

Masalah air minum bersih di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tampaknya masih menjadi perhatian serius untuk ditangani. Kendati banyak program air minum yang sudah masuk desa, namun tak sedikit pula yang menuai masalah.

Persoalan air tidak lancar, airnya keruh di saat musim hujan, debet  air menurun di waktu musim kemarau hingga persoalan perebutan hak mata air antara warga kampung. Selain itu,  ada pula persoalan pemakaian air yang boros, keran rusak serta masih lemahnya manajemen pengelolaan air minum di tingkat desa.

Perosalan-persoalan ini  mencuat  dalam Workshop  Pembentukan Asosiasi  Sistem Penyediaan Air Minum Bersih dan Sanitasi  Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) tingkat Kabupaten Manggarai, di Aula Efata Ruteng, Rabu (6/3).

Workshop yang diselenggarakan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Manggarai ini menghadirkan ratusan peserta  dari Badan Pengelola Sistim Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS) yang berbasis masyarakat juga  merupakan moment penting untuk saling membagi informasi  terkait pengelolaan air minum bersih  di desa masing-masing.

Kepala Bidang, Pemukiman dan Penataan Ruang, Dinas PU Manggarai, Frans M. Pait di sela-sela workshop kepada FBC, Rabu (6/3), mengatakan, workshop ini digelar selama tiga hari yaitu tanggal 5-7 Maret 2013 dengan peserta sebanyak 130 orang dari 51 desa BPSPAMS  berbasis masyarakat tingkat Manggarai.

Tujuan yang hendak dicapai dari workshop ini adalah terbentuknya  Asosiasi Sistem Pengelolaan Air Minum Bersih dan Sanitasi (SPAMS) yang berbasis masyarakat. Workshop ini juga adalah yang pertama kali dilakukan di Manggarai, kalau pun ada workshop sebelumnya, kata Pait, tetapi  agendanya lain. Karena workshop kali ini lebih fokus pada upaya pembentukan SPAMS  di tingkat Kabupaten.

Dalam workshop ini pula, lanjut Pait, banyak persoalan yang diangkat oleh peserta, misalnya ada proyek air PAMSIMAS yang tidak berfungsi karena debet air menurun, keran rusak, serta ada pula konflik perebutan hak sumber mata air oleh warga antar kampung. Selain itu, masalah pengolalaan air di tingkat desa karena lemahnya manajemen.

“Sehingga pertemuan ini menjadi sangat penting guna mencari solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi di desa. Serta penguatan kapasitas  para BPSPAMS agar dapat mengelola air minum dan sanitasi yang ada didesa secara mandiri oleh masyarakat,”kata Pait.

Ia juga menambahkan, sejak program PAMSIMAS  dilaksanakan tahun 2008-2012 di Manggarai, maka   ada 65 desa yang sudah diintervensi oleh program ini. Kemudian dari 65 desa ini, 51 desa diantaranya sudah membentuk BPSPAMS dan itu hadir pada workshop kali ini. Sementara 14 desa lainnya ada belum dibentuk BPSPAMS-nya. Untuk tahun 2013 diusulkan 15 desa yang diintervensi oleh program ini dengan alat ukur ada sumber mata air dan tidak bermasalah.

Sementara itu, salah seorang perserta workshop dari desa Lungar, Kecamatan Satar Mese,  pada kesempatan diskusi mengeluhkan masalah air minum di desanya. Dimana saat musim hujan, air yang keluar dari pipa tampak keruh, dan pada musim kemarau air yang keluar justru menurun. Padahal sumber mata airnya besar. “Tolong ini menjadi perhatian PU, kalau bisa disurvei  kembali,”katanya.

Peserta lainnya, Kornelis Mat, Sekretaris Desa Perak, Kecamatan Cibal, mengaku proyek PAMSIMAS di desanya tidak bermasalah. “Program ini sangat membantu warganya yang berjumlah kurang lebih 700 jiwa untuk mendapatkan air minum yang layak. Program PAMSIMAS tahun 2012 itu, hingga kini masih berfungsi dengan baik, belum ada keran yang rusak,”katanya kepada FBC di sela-sela workshop tersebut.



Post Date : 08 Maret 2013