Ridwan, "Sampah di Kota Bandung adalah Masalah Mengubah Kultur"

Sumber:pikiran-rakyat.com - 4 Februari 2014
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Warga Bandung harusnya merasa tersindir, malu, dan mengubah pola hidup yang sering membuang sampah sembarangan. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil juga merasakan hal yang sama atas tulisan Savova dalam blognya yang sampai menyebut Bandung city of pig. Masalah sampah di Kota Bandung menurut Ridwan, masalah mengubah kultur.

Kenyataannya, meski sudah disediakan tempat sampah di beberapa jalan, masih ada yang membuang sampah sembarangan. Bahkan tidak jarang tempat sampah di sepanjang jalan justru dijadikan tempat pembuangan sampah (TPS) kecil.

"Tersindir dan malu iya, tersinggung tidak. Penulis blog itu, dia menyindir pola hidup kita semua. Kita sebel ka runtah tetapi miceun runtah. Saya paham isinya, kalau dia marah, itu introspeksi bagi kita. Jadi introspeksi diri saja," kata Ridwan saat ditemui di ruang kerjanya, Balai Kota, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Selasa (4/2/2014).

Adanya tempat sampah di sepanjang jalan menurut Ridwan sudah menjawab keinginan warga yang dulu susah buang sampah. Namun, menurutnya masyarakat masih harus diedukasi, sampah dibuang ke dalam plastik bukan menjadikan area tempat sampah jadi TPS kecil.

Jangan salahkan tempat sampahnya. Kultur buang sampah di sisi jalan harus dihilangkan. Tempat sampah akan kami perbanyak sehingga tidak ada alasan, tidak ada tempat sampah," katanya.

Suatu hari, kata Ridwan, konsep denda untuk pembuang sampah sembarangan akan diberlakukan. Namun, pemberlakuan ini saat fasilitas tempat sampah sudah siap. "Kalau tempat sampah sudah ada, warga masih buang sampah sembarangan, berarti pola pikirnya yang harus dibenahi," katanya.

Bicara pola hidup dan pola pikir soal sampah menurut Ridwan, sejak menempuh pendidikan, anak-anak harus diajarkan tentang kota. Menurutnya dunia pendidikan perlu mengajarkan muatan lokal tentang pelajaran kota. Dengan begitu, setelah anak tumbuh dewasa, mereka mengerti dan tidak membuang sampah sembarangan. Tanpa itu, Ridwan tidak yakin pola hidup warga Bandung bisa berubah.

Jika membandingkan dengan Jepang, kata Ridwan, untuk mendapat KTP, seseorang harus melalui penataran dan ada tahap wawancara tentang budaya mengantri, membuang sampah, sikap saat gempa terjadi, dll. Berbeda dengan cara mendapatkan KTP di Indonesia yang mudah dan tanpa pengetahuan tentang cara hidup di kota.



Post Date : 05 Februari 2014