409 Rumah Penduduk Di Kabupaten Keerom Terendam Banjir

Sumber:Kompas - 02 Juni 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Jayapura, Kompas - Sekitar 409 rumah penduduk di Satuan Permukiman (SP) 11, 13, serta 14 Distrik Arso dan Skamto, Kabupaten Keerom, Papua, terendam banjir setelah hujan tiga hari berturut-turut mengguyur wilayah itu.

Ratusan ekor ternak dan puluhan rumah hanyut. Saluran air di Sungai Skamto meluap karena kegiatan para pemegang hak pengusahaan hutan (HPH) di daerah itu. Demikian dikatakan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jayapura, Damasus Kabelen, di Jayapura, Selasa (1/6).

Menurut Damasus, banjir terjadi sejak Sabtu minggu lalu hingga hari ini belum reda, dengan genangan air sekitar 2 meter. Sementara hujan masih mengguyur wilayah itu sehingga dikhawatirkan banjir bertambah besar.

"Banjir terjadi karena Sungai Skamto meluap sebagai dampak dari penebangan hutan oleh pengusaha HPH di sepanjang aliran sungai itu. Selain itu terjadi pembabatan hutan oleh masyarakat dari Kota Jayapura untuk berbagai keperluan sehingga wilayah yang tadinya sebagai penyangga air tidak berfungsi lagi," kata Damasus.

Bencana banjir melanda 31 desa di Distrik Arso dan Distrik Skamto Kabupaten Keerom. Perhitungan sementara, sekitar 409 rumah dilanda banjir, 23 unit di antaranya hanyut dan 12 unit rusak berat/roboh, lainnya terendam banjir.

Perabot rumah, seperti televisi dan alat-alat dapur, terendam air. Ratusan ternak, seperti unggas, kambing, dan sapi ikut hanyut. Hasil pertanian masyarakat, sayur-sayur, buah-buahan, bawang dan sejenisnya ikut hanyut.

Kepala Desa Skamto Zaenal mengatakan, kerugian akibat banjir yang diderita para petani diperkirakan sampai Rp 300 juta. Ini, belum termasuk 14 desa lain di Distrik Skamto dan 17 desa di Distrik Arso.

Menurut Zaenal sejak 22 tahun ia menghuni daerah itu, tidak pernah terjadi banjir. Tetapi, ketika otonomi daerah digulirkan dan HPH mulai masuk ke wilayah itu, sebagian besar hutan dibabat dengan mesin sehingga sebagian areal menjadi tandus. Saat terjadi hujan, muncul banjir dari gunung kemudian mengalir ke arah lembah sampai ke pemukiman penduduk.

"Tadinya tidak ada kiriman air dari gunung dalam jumlah besar seperti sekarang. Sungai Skamto tetap normal meskipun terjadi hujan sampai lima hari berturut-turut. Tetapi sekarang hujan baru beberapa jam sering terjadi banjir dari gunung," kata Zaenal.

Sekretaris Daerah Kabupaten Keerom Celsius Watae meninjau lokasi kejadian dan memberi bantuan bahan makanan kepada para korban senilai Rp 200 juta.

Hujan tinggi

Secara terpisah Pelaksana Tugas Seksie Metereologi Badan Metereologi dan Geofisika Wilayah V Papua, ZI Padama, mengatakan, tingkat curah hujan di wilayah utara Papua sangat tinggi, daripada wilayah selatan Papua. Curah hujan di wilayah utara, tengah, dan pedalaman Papua tidak menentu.

"Kalau di wilayah selatan Papua seperti Merauke sama seperti wilayah Indonesia lain yakni enam bulan musim hujan dan enam bulan musim kemarau. Tetapi wilayah utara, tengah, dan pedalaman Papua tingkat curah hujan sangat tinggi," kata Padama.

Kondisi ini sangat ditentukan oleh topografi wilayah utara, tengah, dan pedalaman Papua yang bergunung-gunung. Berbeda dengan wilayah selatan Papua, tidak ada gunung tinggi. Selain topografi, juga dipengaruhi oleh sistem penguapan di Samudra Pasifik.

Kondisi hujan pun berbeda-beda di setiap desa dan kecamatan di wilayah utara Papua. Misalnya, hujan tanggal 29-31 Mei 2004 di Arso dan Skamto mencapai 800 milimeter, dan kondisi Selasa kemarin menurun yakni 400 milimeter.(KOR)

Post Date : 02 Juni 2004